Page 640 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 640

Saat ini jumlah buruh penerima UMSK mencapai puluhan juta orang. Sehingga tidak mungkin
              dalam satu pekerjaan dengan jumlah jam kerja yang sama, ada buruh menerima UMK dan yang
              lainnya UMSK. Hal ini menurutnya, terjadi diskriminasi.

              Penolakan terhadap RUU itu juga dilakukan buruh dengan melakukan aksi mogok nasional pada
              6-8 Oktober 2020.

              Terkait penOlakan RUU tersebut, kalangan buruh mendapat dukungan dari KAMI. Pasalnya, RUU
              tersebut dinilai menghilangkan kedaulatan bangsa, meningkatkan kesenjangan sosial, merusakj
              lingkungan, memiskinkan dan menghilangkan posisi tawar kaum buruh.

              Dalam maklumat yang dikeluarkan Presidium KAMI, yaitu Gatot Nurmantyo, Rochmat Wahab
              dan  M  Din  Syamsuddin,  ditegaskan  bahwa  omnibus  law  RUU  Cipta  Kerja  akan  semakin
              menghilangkan kedaulatan bangsa.

              RUU tersebut juga dinilai akan meningkatkan kesenjangan sosial, merusak lingkungan, serta
              memiskinkan dan menghilangkan posisi tawar kaum buruh.

              Ketua Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) DPC DKI Jakarta, Alson Naibaho
              mengatakan, semua elemen bangsa yang peduli pada pada kehidupan bangsa dimana saat ini
              tingkat kesejahteraan rakyat sangat jauh dari harapan dan tingginya angka pengangguran harus
              bersama sama menolak RUU Omnibus Law.

              Menteri  Koordinator  Bidang  Perekonomian  Airlangga  Hartarto  dalam  keterangan  tertulis  di
              Jakarta, Minggu, menjelaskan, Pemerintah menjamin RUU Cipta Kerja memprioritaskan pelaku
              UMKM terkait kemudahan perizinan dan bagi pekerja menyangkut kepastian pesangon.

              Menurutnya, RUU Cipta Kerja juga menawarkan kemudahan dalam pendirian koperasi, dengan
              menetapkan minimal jumlah pendirian hanya oleh sembilan orang.
              Terkait peningkatan perlindungan kepada Pekerja, RUU ini menjamin adanya kepastian dalam
              pemberian  pesangon  yakni  Pemerintah  menerapkan  Program  Jaminan  Kehilangan  Pekerjaan
              (JKP).

              Kalangan  buruh  tegas  menolak  RUU  Omnibus  Law  Cipta  Kerja.  Itulah  sebabnya  kita
              menyarankan kepada pemerintah dan DPR harus mendengarkan aspirasi rakyat atau kalangan
              buruh, karena keterlibatan rakyat dalam setiap kebijakan dan peraturan perundang-undangan
              yang akan diterbitkan diperlukan karena pemerintah ditugaskan untuk bekerja kepada rakyat.
              Pemerintah  dan  DPR  RI  tidak  boleh  mengesahkan  UU  jika  merugikan  rakyat  atau  buruh.
              Pemerintah seharusnya hadir untuk memberikan teladan dan pelayanan perlindungan terbaik
              bagi  rakyat.  Bukan  semakin  mempersulit  rakyat  dan  keberpihakan  kepada  pengusaha  yang
              melanggar hukum, dan yang merusak lingkungan, bahkan keberpihakan kepada tenaga kerja
              asing lewat RUU Cipta Kerja yang dibahas di tengah pandemi Covid-19.

              Menurut peneliti The Indonesian Institute Aulia Guzasiah, keterlibatan publik dalam penyusunan
              rancangan undang-undang omnibus law masih minim, terlihat dari banyaknya naskah RUU yang
              tidak mengakomodasi kepentingan khalayak luas.

              Menurut dia, dalam prosesnya, penyusunan RUU omnibus law lebih banyak melibatkan kalangan
              pengusaha ketimbang elemen masyarakat/ seperti ormas, lembaga swadaya masyarakat, dan
              akademisi.
              Tak  heran  bila  ada  yang  menilai  omnibus  law  hanya  menguntungkan  para  pemilik
              modal/pengusaha, sementara di satu sisi justru menggerus hak tenaga kerja.



                                                           639
   635   636   637   638   639   640   641   642   643   644   645