Page 683 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 683

Rancangan Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja dalam rapat paripurna DPR, pada hari
              yang sama.


              PEMOGOKAN UMUM 8 OKTOBER, KENAPA OMNIBUS LAW RUU CIPTA KERJA HARUS
              DITOLAK?

              Ratusan ribu orang yang tergabung dalam organisasi buruh, petani, dan mahasiswa dari 30 kota
              di Indonesia dijadwalkan menggelar mogok nasional dan aksi unjuk rasa serentak, Kamis (8/10)
              pekan ini.

              Pemogokan  umum dan aksi massa serentak itu untuk menolak pengesahan Rancangan Undang-
              undang Omnibus Law Cipta Kerja dalam rapat paripurna DPR, pada hari yang sama.

              Kelompok buruh menyebut aksi selama tiga hari ini merupakan perjuangan terakhir mereka demi
              menjegal  pengesahan  Omninus  Law  yang  dianggap  merugikan  buruh  dan  hanya
              menguntungkan pengusaha.

              Sementara itu, dalam Rapat Panitia Kerja DPR yang berlangsung Sabtu (03/10) malam, tujuh
              fraksi setuju  RUU Cipta Kerja  disahkan menjadi Undang-Undang.

              Adapun dua fraksi, yakni Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera menyatakan menolak.
              Di lain sisi, pemerintah mengklaim RUU Cipta Kerja melindungi pekerja dan pelaku usaha UMKM.

              Ketua Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (  KASBI  ), Nining Elitos, mendesak DPR dan
              pemerintah  membatalkan  pengesahan  Rancangan  Undang-Undang  Cipta  Kerja  pada  Rapat
              Paripurna, Kamis, 8 Oktober nanti.

              Ini  karena  di  dalam  RUU  tersebut,  ada  setidaknya  tujuh  poin  menyangkut  ketenagakerjaan
              merugikan kelompok buruh, seperti skema pesangon kepada pekerja yang di-PHK diubah dari
              32 bulan upah menjadi 25 bulan.

              Hal lain mengenai terancam dihapusnya skema Upah Minimum Sektoral di tingkat kabupaten
              atau kota.
              Kata Nining, jika desakan pembatalan itu tidak dilakukan, ratusan ribu orang yang terdiri dari
              buruh,  petani,  dan  mahasiswa  akan  menggelar  demonstrasi  serentak  di  depan  gedung
              DPR/DPRD dan pemerintah daerah di 30 kota.

              "Mau  tidak  mau  di  masa  pandemi,  di  mana  rakyat  khawatir  tentang  persoalan  keselamatan
              kesehatan, tapi kita dipaksa turun ke jalan. Dipaksa harus melawan karena tidak ada iktikad baik
              pemerintah dan DPR peduli akan nasib rakyat.

              "Kaum buruh dan masyarakat banyak kehilangan pekerjaan karena PHK. Kita dalam bahaya,"
              ujar Nining Elitos dalam konferensi pers virtual, Minggu (04/10).

              Sementara  itu,  Direktur  Pusat  Studi  Konstitusi  dari  Universitas  Andalas,  Feri  Amsar--yang
              tergabung  dalam  Koalisi  Masyarakat  Sipil  Tolak  Omnibus  Law--mengatakan  pihaknya  siap
              membawa RUU Cipta Kerja untuk diuji ke Mahakamah Konstitusi (MK) jika akhirnya disahkan
              oleh DPR dan pemerintah.

              "Kami akan menguji ke MK walaupun RUU ini seperti sudah terencana matang. Tapi bagi kami
              tetap  harus  perjuangkan  secara  konstitusional.  Sebab  itu  cara  yang  paling  formal  dalam
              mempermasalahkan  undang-undang,"  imbuh  Feri  Amsari  kepada    Quin  Pasaribu    yang
              melaporkan untuk  BBC News Indonesia,  Minggu (04/10).

                                                           682
   678   679   680   681   682   683   684   685   686   687   688