Page 684 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 684

Sejauh pengamatannya, Rancangan Undang-undang Cipta Kerja memuat beberapa persoalan
              selain  ketenagakerjaan,  yakni  pengabaian  terhadap  lingkungan  hidup  demi  mendatangkan
              investor dan pengabaian atas prosedur pembentukan undang-undang.

              Pun dalam pembentukannya, menurut Feri, cacat formil lantaran tidak melibatkan partisipasi
              publik yang lebih luas.

              "Omnibus Law ini tidak dikenal di UU 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
              Undangan. Jadi untuk merevisi undang-undang tidak menggunakan model penggabungan. Yang
              ada revisi untuk satu undang-undang terhadap satu undang-undang tertentu," sambungnya.

              "Sekarang ada 79 undang-undang direvisi menjadi satu undang-undang."  Dalam rapat kerja
              RUU Cipta Kerja yang berlangsung di DPR pada Sabtu (03/10) malam sebanyak tujuh fraksi
              setuju untuk melanjutkan pembahasan beleid tersebut ke rapat paripurna DPR untuk disahkan
              menjadi undang-undang.

              Tujuh fraksi itu yakni PDI Perjuangan, Gerindra, Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa, Nasdem,
              Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan menyetujuinya.

              Sementara dua partai lain yaitu Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera menyatakan menolak.

              Sekretaris Fraksi PKS yang juga anggota Panitia Kerja RUU Cipta Kerja, Ledia Hanifa, mengatakan
              rapat yang berlangsung panjang dan maraton itu masih menyisakan masalah. Karena itulah,
              partainya menyatakan menolak RUU itu untuk disahkan menjadi undang-undang.
              "Sebetulnya  keberatan  kami  karena  ini  menyangkut  79  undang-undang  kita  harus  pastikan.
              Kalau buru-buru nanti ada yang terlewat. Karena kan tujuannya mau mensinkronkan. Pada item
              utama, iya kita sinkonkan tapi yang bukan item utama ini saya khawatir luput," ujar Ledia Hanifa
              kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Minggu (03/10).
              "Karena kita  nggak  bisa cek satu-satu dengan waktu yang sangat cepat ini," sambungnya.

              Beberapa  poin  yang  dipermasalahkan  PKS,  kata  Ledia,  di  antaranya  mengenai  tidak  adanya
              pemaksaan  terhadap  pengusaha  yang  melakukan  usaha  di  kehutanan  untuk  melakukan
              pelestarian hutan kembali.

              "Ini fungsi pelestarian hutan sangat kita khawatirkan dan harusnya tetap ada."  Kemudian terkait
              pembentukan Lembaga Pengelolaan Investasi (LPI) yang modal awalnya berasal dari APBN.

              Sementara  pemeriksaan  penggunaan  keuangannya,  kata  Ledia,  tidak  menyertakan  Badan
              Pemeriksaan Keuangan (BPK).

              "Menurut kami tidak terjadi proses transparansi dan akuntabilitas," tukasnya.

              Adapun  yang  menyangkut  ketenagakerjaan,  katanya,  seperti  hak  cuti  hamil,  melahirkan,
              menyusui,  dan  menstruasi  untuk  pekerja  dikembalikan  seperti  aturan  semula.  Begitu  pula
              dengan aturan jam kerja.

              Namun  demikian,  skema  pesangon  bagi  pekerja  yang  di-PHK  diubah  oleh  pemerintah.  Jika
              merujuk pada aturan sebelumnya, pesangon diberikan sebanyak 32 kali upah dengan skema 23
              kali ditanggung pengusaha dan sembilan kali oleh pemerintah melalui jaminan BPJS.

              Tapi pemerintah menginginkan agar skema itu diturunkan menjadi 25 kali upah dengan skema
              19 kali ditanggung pengusaha dan enam kali oleh pemerintah.

              Selanjutnya dalam RUU Cipta Kerja juga membuka peluang dalam kemudahan mempekerjakan
              tenaga kerja asing di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan kawasan industri.

                                                           683
   679   680   681   682   683   684   685   686   687   688   689