Page 689 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 689

Lebih lanjut, Yusri menjelaskan, tidak dikeluarkannya izin bagi para pendemo itu tidak lepas dari
              meningkatnya kasus penyebaran virus Covid-19 di DKI Jakarta.
              "Sekarang kita imbau, kita mengharapkan agar mereka mengerti. Pandemi Covid 19 ini semakin
              tinggi di Jakarta. Jangan jadi klaster baru," tuturnya.

              Meski demikian, Yusri memastikan, tetap menyiapkan personel untuk melakukan pengamanan
              jika massa tetap menggelar unjuk rasa tersebut.

              Salah satu upaya yang telah dilakukan pihak kepolisian adalah melakukan penutupan jalan utama
              depan Gedung MRP/DPR RI dengan melakukam rekayasa lalu lintas.

              Sebelumnya, puluhan pimpinan Konfederasi dan Federasi Serikat Pekerja menyepakati untuk
              melakukan mogok nasional sebagai bentuk penolakan terhadap omnibus law. Kesepakatan ini
              diambil setelah diadakan rapat bersama di Jakarta, Minggu, 27 September 2020, lalu  Presiden
              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyebut rapat dihadiri perwakilan 32
              federasi serikat pekerja. Lalu, ada juga beberapa federasi seperti SP LEM dan GEKANAS (Gerakan
              Kesejahteraan Nasional) yang beranggotakan 17 federasi.

              Mogok nasional ini akan diikuti kurang lebih 5 juta buruh di ribuan perusahaan di 25 provinsi dan
              300 kabupaten atau kota mulai dari Selasa, 6 Oktober - Kamis, 8 Oktober 2020. Mogok akan
              melibatkan pekerja di sektor industri seperti kimia, energi, pertambangan, hingga logistik dan
              perbankan.

              Selain itu, sedikitnya ada tujuh poin utama yang ditolak oleh para buruh beserta konfederasi
              lainnya dalam RUU sapu jagat tersebut.

              Pertama, para buruh menilai draf RUU Cipta Kerja akan menghapus ketentuan upah minimum
              kota/kabupaten (UMK) dan upah minimum sektoral kota/kabupaten (UMSK).
              Kedua,  pihaknya  menolak  pengurangan  nilai  pesangon  dari  32  bulan  upah  menjadi  25
              bulan.Ketiga, terkait perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) yang dinilai kontrak seumur hidup
              dan tidak ada batas waktu kontrak.

              Keempat, para buruh juga menolak rancangan aturan mengenai outsourcing pekerja seumur
              hidup tanpa jenis pekerjaan. Kelima, buruh menilai dalam RUU Cipta Kerja, pekerja berpotensi
              akan mendapatkan jam kerja yang lebih eksploitatif.

              Keenam, buruh menilai hak cuti akan hilang apabila RUU Cipta Kerja disahkan. Ketujuh, buruh
              juga  menyoroti  potensi  karyawan  kontrak  dan  outsourcing  seumur  hidup,  yang  kehilangan
              jaminan pensiun dan kesehatan..























                                                           688
   684   685   686   687   688   689   690   691   692   693   694