Page 75 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 SEPTEMBER 2020
P. 75

industri tembakau di sektor manufaktur dan distribusi produk tembakau mencapai 5,9 juta orang,
              terdiri dari 1,7 juta orang di perkebunan, 4,28 juta pekerja sektor manufaktur dan distribusi.
              Kasubdit Hubungan Kerja Direkorat Persyaratan Kerja Ditjen Pembinan Hubungan Industrial dan
              Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kemenaker Sumonang mengatakan mayoritas pekerja pada industri
              hasil tembakau atau IHT didominasi perempuan berusia muda dan paruh baya, dengan strata
              pendidikan  yang  rendah.  Menyikapi  arah  kebijakan  cukai,  Kemenaker  mengingatkan  harus
              diputuskan secara hati-hati mengingat dampaknya yang bersifat efek domino.

              "Sudah ada pabrik atau perusahaan yang sudah tidak bisa membayar tenaga kerja, padahal
              industri  tembakau  ini  sangat  membantu  ekonomi  keluarga  di  mana  banyak  ibu  dan  kaum
              perempuan jadi tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai buruh di pabrik tembakau,"
              terangnya.

              Sarno, analis madya dari Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Sarno mengamini sektor IHT
              berkontribusi  besar  terhadap  penerimaan  negara.  Terlebih  di  tengah  pandemi,  sewaktu
              penerimaan pajak hingga kepabeanan yang menurun, penerimaan cukai justru tetap bertumbuh.
              "Cukai tumbuh 3,7%, paling besar sekitar 80% adalah cukai rokok yang sepanjang semester
              pertama tahun ini sudah mencapai Rp85 triliun lebih," kata Sarno.

              Dia mengungkapkan, pemerintah menyadari peran penting IHT bagi perekonomian, sehingga
              setiap kebijakan terkait disusun dengan tujuan mencapai keseimbangan. "Pelibatan berbagai
              kementerian telah dilakukan, bahkan untuk kebijakan pun harus melalui Ratas (Rapat Terbatas),"
              kata Sarno.

              Analis  Kebijakan  Madya  Direktorat  Teknis  dan  Fasilitas  Cukai  Bea  Cukai  Hary  Kustowo
              menuturkan, pemerintah berupaya keras menciptakan keseimbangan antara kondisi industri IHT,
              komitmen pro kesehatan, dan kesinambungan penerimaan negara.

              "Tidak bisa memang salah satunya yang dominan, di tengah kami juga harus mengejar target
              cukai yang telah ditetapkan. Kenaikan cukai tinggi ini dampaknya juga rokok ilegal, sulit untuk
              diberantas apabila sudah masif," terangnya.

              Di  sisi  lain,  Hendratmojo  Bagus  Hudoro  Direktur  Tanaman  Semusim  dan  Rempah  Kementan
              mengakui imbas kenaikan cukai maupun minimum HJE berimbas langsung kepada sisi hulu IHT,
              yakni para petani. Menurutnya, dengan kenaikan cukai dan harga rokok, membuat penyerapan
              tembakau di sisi petani tidak optimal dan membuat ketidakpastian harga.

              "Dengan  menghitung  dampak  luas  hingga  sisi  hulu  sektor  pertanian,  maka  perlu  ditemukan
              keseimbangan dan solusi yang sinergis. Penurunan produksi IHT berkorelasi dengan penyerapan
              bahan baku tembakau dan cengkeh," tegasnya.

              Di  tengah  banyaknya  tarik  menarik  kepentingan  kebijakan  dalam  IHT,  pemerintah  juga
              menyatakan tengah berupaya menyusun peta jalan kebijakan yang komprehensif mengatur IHT.
              "Untuk mengatur IHT tidak bisa melihat secara parsial, harus keseluruhan rantainya. Semua
              pihak harus dilibatkan pada proses penyusunan peta jalan IHT. Saat kesepakatan tentang peta
              jalan  sudah  dicapai  maka  penting  untuk  semua  pihak  untuk  komitmen  menjalankan,  pihak
              industri maupun kesehatan. Mempertimbangkan tekanan yang luar biasa pada IHT di tahun ini
              maka kami berharap tidak ada kenaikan cukai tembakau di tahun 2021," tutup Budidoyo.

              kbc  11.





                                                           74
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80