Page 289 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 OKTOBER 2020
P. 289

Ida  menyebutkan,  dalam  rangka  memberikan  perlindungan  kepada  pekerja/  buruh  yang
              menghadapi PHK, UU Cipta Kerja tetap membahas syarat dan ketentuan  PHK  seperti yang
              diatur  dalam  UU  Nomor  13  Tahun  2003  tentang  Ketenagakerjaan.  "Jadi,  tidak  benar  kalau
              dihapus," tuturnya, dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (7/10).

              UU Cipta Kerja, tambah Ida, juga memberikan ruang kepada peranan serikat pekerja/ buruh
              terkait  isu  PHK.  Dalam  hal  ini,  serikat  tetap  bisa  melakukan  advokasi  kepada  anggota  saat
              mengalami persoalan PHK dengan pengusahanya.

              Selama proses penyelesaian PHK, Ida menuturkan, pengusaha wajib memberikan upah kepada
              pekerja. Kewajiban pengupahan dilakukan sampai ada putusan pengadilan berkekuatan hukum
              tetap. "Ini sebagaimana ketentuan Mahkamah Konstitusi tahun 2011," ucapnya.

              Selain upah, pemerintah juga memberikan jaminan sosial kepada pekerja/ buruh yang terkena
              PHK melalui UU Cipta Kerja. Jaminan yang dikenal dengan nama Jaminan Kehilangan Pekerjaan
              (JKP) itu memberikan manfaat berupa uang tunai, pelatihan kerja dan akses penempatan pasar
              kerja yang dikelola pemerintah.

              Menurut Ida, JKP menjadi ketentuan baru yang diterima oleh pekerja di samping pesangon yang
              diberikan  pengusaha.  Dalam  regulasi  sebelumnya,  UU  Nomor  13/2003,  pemerintah  tidak
              mengatur pemberian jaminan tersebut.
              Mengenai pesangon pun, disebutkan Ida, sudah diatur dan diberikan kepastian dalam UU Cipta
              Kerja.

              Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, isu
              lain  yang  juga  mengalami  disrupsi  adalah  waktu  kerja  dan  istirahat.  Ia  menuturkan,
              ketentuannya  masih  sesuai  dengan  UU  13/2003.  Tapi,  sektor  tertentu  yang  membutuhkan
              fleksibilitas, seperti perdagangan elektronik (  e-commerce  ) sudah diatur dalam Pasal 77 UU
              Cipta Kerja.
              Airlangga menambahkan, UU Cipta Kerja menegaskan, pengusaha wajib memberikan cuti dan
              waktu  istirahat.  Termasuk  untuk  memberikan  waktu  ibadah.  "Demikian  juga  terkait  cuti
              melahirkan, menyusui dan haid, tetap disesuaikan dengan Undang-Undang (re: UU 13/2003).
              Tidak dihapus," katanya, dalam kesempatan yang sama.































                                                           288
   284   285   286   287   288   289   290   291   292   293   294