Page 451 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2020
P. 451

Sehingga  pelayanan  Pemerintahan  akan  lebih  efisien,  mudah,  dan  pasti,  dengan  adanya
              penerapan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) dan penggunaan sistem elektronik
              akan menarik investor.

              Pemerintah  melalui  Kementerian  Keuangan  menargetkan  pertumbuhan  ekonomi  pada  2021
              sebesar 5 persen pada APBN 2021.

              Untuk mencapainya, pemerintah mengaku tengah fokus untuk penanganan pandemi covid-19.
              Upaya lainnya, yakni reformasi birokrasi. Salah satunya melalui Undang-Undang (UU) yang baru
              disahkan bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), yaitu UU CIpta Kerja.

              "Kita menggunakan asumsi pertumbuhan 5 persen itu bukan sesuatu yang Simsalabim ini bukan
              sesuatu yang mudah ini yang harus kita kejar dengan kerja keras," kata Kepala Badan Kebijakan
              Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Kacaribu dalam diskusi daring, Selasa (6/10/2020).

              Adapun kerja keras yang dimaksud adalah penanganan covid-19, termasuk penyediaan vaksin.
              Selanjutnya  ada  dukungan  ekspansi  fiskal  baik  dari  sisi  demand  maupun  supply  .  Di  mana
              pemerintah melanjutkannya hingga 2021 dan memastikan agar pelaksanaannya tepat sasaran.

              Dia  mengungkapkan  kegembiraan  karena  UU  tersebut  telah  selesai  dan  disahkan  DPR.
              Harapannya, ini akan segera dapat menarik investor dan menciptakan usaha baru yang mampu
              menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.

              "Mudah-mudahan setelah ini peraturan PP, PMK, Peraturan Menteri, Perpres itu bisa diselesaikan
              segera supaya bisa segera dilaksanakan dan menarik banyak usaha yang baru. Sehingga bisa
              mempekerjakan lebih banyak orang. Sehingga recovery kita dibandingkan 2020 benar-benar bisa
              mencapai 5 persen tadi itu," jelas dia.

              Wakil  Ketua  KADIN  Bidang  Perdagangan  Benny  Soetrisno  mengakui  jika  UU  Cipta  Kerja
              diperlukan, salah satunya sebagai pendorong membangkitkan perekonomian Indonesia akibat
              dampak  penyebaran  virus  Covid-19.  Mengingat,  aturan  ini  akan  menarik  para  investor
              menanamkan modal di dalam negeri.

              "Terobosan Omnibus Law sangat diperlukan sekali, agar Indonesia bisa bersaing dengan negara
              lain," katanya.

              Menurut dia, UU Cipta Kerja bisa menarik para pengusaha dalam maupun luar negeri berinvestasi
              di Indonesia. Karena, aturan ini memangkas banyak birokrasi yang berkaitan dengan perijinan
              usaha di Indonesia.

              Proses perijinan yang dilakukan oleh para investor ke instansi yang terkait dapat dilakukan lebih
              mudah. Diprediksi banyak pengusaha dalam maupun luar negeri yang akan menanamkan modal,
              meskipun masih mewabahnya Covid-19 di berbagai wilayah.
              Berbeda  pendapat,  Pengamat  Ekonomi  memiliki  pandangan  lain.  khususnya  soal  masuknya
              investasi ke Indonesia dengan adanya UU Cipta Kerja.

              Alih-alih menjadi ladang investasi untuk menimba untung sebesar-besarnya, Executive Director
              at  Indonesia  Economic  Action  Institution,  Ronny  P.  Sasmita  menilai  Indonesia  hanya  akan
              menjadi sasaran eksploitasi bagi negara besar.

              "Melalui UU ini Indonesia akan dengan mudah menjadi lahan eksploitasi segala jenis sumber
              daya alam," jelas dia kepada Liputan6.com, Selasa (6/10/2020).

              Hal ini, diperparah dengan kondisi politik Indonesia yang menurutnya tidak jelas. Sementara
              investor dari negara besar lainnya seperti AS, sangat sensitif terhadap isu politik dan geopolitik
              negara di mana mereka akan berinvestasi.
                                                           450
   446   447   448   449   450   451   452   453   454   455   456