Page 179 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 JULI 2021
P. 179

DILEMA PEKERJA TAKUT LAPORKAN KANTOR SAAT PPKM DARURAT, AKU KUDU
              PIYE?
              PPKM  Darurat  sudah  diberlakukan  sejak  3  Juli  hingga  20  Juli  mendatang.  Kemarin,  yang
              merupakan hari kerja pertama di masa PPKM Darurat ini dilaksanakan, tidak berjalan mulus.

              Banyak pekerja yang terjebak kemacetan karena penutupan jalur-jalur masuk ke Jakarta. Ini
              artinya masih banyak perkantoran yang mengharuskan pekerjanya masuk ke kantor. Selain itu
              juga banyak kantor yang meminta pegawainya WFO padahal banyak yang positif COVID-19.

              Hal ini menjadi dilema untuk pegawai yang khawatir tertular virus, sampai khawatir dikeluarkan
              dari pekerjaan jika melaporkan ke satgas COVID-19 daerah.

              Peneliti  di  Institute  for  Development  of  Economics  and  Finance  (INDEF)  Abra  P.G.  Talattov
              mengungkapkan  dalam  hal  ini  Kementerian  Ketenagakerjaan  harus  menjadi  garda  terdepan
              dalam melindungi hak-hak pekerja yang melaporkan.

              "Jadi kalau ada pekerja yang melapor dan mendapat tekanan balik dari perusahaan non esensial
              yang  masih  memaksa  masuk  kerja  ke  kantor.  Maka  pemerintah  dalam  hal  ini  Kementerian
              Ketenagakerjaan harus melindungi," kata dia saat dihubungi detikcom, Selasa (6/7/2021).

              Dia mengungkapkan pemerintah juga harus memberikan jaminan subsidi upah minimal selama
              masa advokasi atau mediasi yang dilakukan pemerintah.

              Abra  mengungkapkan,  memang  masih  banyaknya  orang  yang  bekerja  dari  kantor  tak
              sepenuhnya  salah  perusahaan.  Seharusnya  pemerintah  juga  memiliki  data  berapa  banyak
              pekerja formal di Jakarta yang bisa WFH dan WFO.

              "Apakah pemerintah selama ini datanya sudah cukup jelas? Lalu juga harus ada tindakan tegas
              untuk kantor yang melanggar. Bisa dengan mengumumkan contoh sanksi ke publik," tambah
              dia.

              Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengungkapkan saat ini
              ancaman dan gertakan kepada pengusaha, buruh, dan masyarakat tidak dibutuhkan.

              Tetapi yang lebih dibutuhkan adalah tindakan nyata dari menteri dan pejabat terkait, yang secara
              bijaksana  mencegah  penularan  COVID-19  dengan  memberikan  gratis  masker,  obat,  vitamin,
              hingga imboost kepada buruh dan masyarakat melalui jaringan klinik dan apotek BPJS Kesehatan
              di  seluruh  Indonesia,  khususnya  kepada  buruh  yang  isoman  agar  tidak  menular  ke  klaster
              keluarga.

              "Di  samping  itu,  pemerintah  dapat  mengatur  waktu  operasional  pabrik  untuk  menghindari
              ledakan  PHK,  merumahkan  karyawan,  atau  memotong  gaji  karyawan.  Kebijakan  ini  yang
              ditunggu buruh dan rakyat, bukan ancaman menteri dan sekedar omongan tidak boleh ada PHK,"
              lanjutnya.

              "Persoalan  dilematis  mengenai  kesehatan  dan  ekonomi  atau  ledakan  PHK  harus  dirumuskan
              dalam kebijakan pemerintah yang tepat dan terukur, bukan dengan ancaman atau gertakan,"
              lanjut Said Iqbal.










                                                           178
   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184