Page 57 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 01 APRIL 2021
P. 57

Selain itu, perkembangannya dapat menunjukkan tingkat keberhasilan program ketenagakerjaan
              dari  tahun  ke  tahun.  Lebih  penting  lagi  digunakan  sebagai  bahan  evaluasi  keberhasilan
              pembangunan perekonomian, selain angka kemiskinan.

              Pada tahun 2018 jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka sebanyak 5,13 pesen menjadi 5,01
              persen  di  tahun  2019.  Mengalami  penurunan  sebesar  0,12  persen.  Walaupun  Tingkat
              pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan, namun persentase TPT di Perkotaan lebih
              tinggi dari pada di perkotaan yaitu 6,30 persen di kota dan 3,45 persen di pedesaan.

              Bahkan  jika  dilihat  dari  perubahan  julah  TPT  dalam  satu  tahun  terakhir  di  perkotaan  hanya
              berkurang 0,04 persen dibanding perdesaan sebanyak 0,27 persen.

              Dilihat dari menurut pendidikan maka Tingkat Pengangguran Terbuka untuk Sekolah Menengah
              Kejuruan (SMK) masih tertinggi yaitu 8,63 persen, diikuti oleh Diploma I/II/III 6,89 persen.

              Problemnya  adalah  penawaran  pasar  kerja  untuk  lulusan  SMU/Diploma  kurang  terserap.
              Demikian pula lulusan sekolah dasar ke bawah lebih terserap di dunia kerja, dapat di duga karena
              lulusan sekolah dasar lebih cenderung menerima pekerjaan apa adanya.

              Pengangguran memang mengalami penurunan dari 7,01 juta di tahun 2017, kemudian 6,87 juta
              tahun 2018 menjadi 6,82 juta atau 5,01 persen di tahun 2019. Salah satu aspek yang perlu
              diperhatikan  adalah soal  setengah  penganggur yang  tidak banyak disorot  publik.  Persentase
              penduduk yang pekerja penuh (jam kerja minimal 35 jam per pekan) sebesar 69,96 persen.

              Sementara  itu,  pekerja  tidak  penuh  terbagi  menjadi  dua,  yaitu  pekerja  paruh  waktu  (22,67
              persen) dan pekerja setengah penganggur (7,37 persen). Dengan melihat angka tersebut di atas
              penganggur  paru  waktu  dan  pekerja  setengah  penganggur  dapat  dikategorikan  sebagai
              setengah penganggur.

              Maka secara keseluruhan jumlah pengangguran di Indonesia 35,05 persen atau 45,27 juta jiwa
              dari total 129,36 juta Angkatan Kerja di Indonesia. Namun soal angka pengangguran ini bisa di
              berdebatkan.

              Sesuai dengan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), tingkat penganggur terbuka terdiri
              dari empat komponen. Pertama, mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan.

              Kedua,  mereka  yang  tidak  bekerja  dan  mempersiapkan  usaha.  Ketiga,  mereka  yang  tidak
              bekerja, dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
              Keempat,  mereka  yang  tidak  bekerja,  dan  tidak  mencari  pekerjaan  karena  sudah  diterima
              bekerja,  tetapi  belum  mulai  bekerja  Sumber  Terciptanya  Pengangguran  di  Indonesia  Dalam
              banyak pasar, harga menyesuaikan diri untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
              Dalam  pasar tenaga  kerja  yang  ideal,  upah  akan  menyesuaikan  diri  untuk  menyeimbangkan
              kuantitas  angkatan  kerja  yang  ditawarkan  dengan  kuantitas  angkatan  kerja  yang  diminta.
              Penyesuaian upah ini akan menjamin bahwa semua tenaga kerja bekerja.
              Tentu saja, kenyataan tidak sesuai dengan kondisi ideal. Selalu ada sejumlah orang yang tidak
              bekerja,  sekalipun  perekonomian  secara  umum  tumbuh  pesat.  Dengan  kata  lain,  tingkat
              pengangguran tidak pernah mencapai nol persen.

              Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa terjadinya pengangguran ini adalah karena a) penawaran
              tenaga kerja yang lebih besar dari kebutuhan tenaga kerja, b) kesenjangan kualitas tenaga kerja
              yang  dibutuhkan  dengan  yang  tersedia  di  pasar  kerja  (mismacth),  dan  c)  adalah  kurang
              efektifnya bursa kerja.

              Kondisi yang disebut pertama adalah sebagai kelebihan tenaga kerja yaitu adanya tenaga kerja
              yang tidak dapat didayagunakan yang mereka itu terdiri dari:

                                                           56
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62