Page 110 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 FEBRUARI 2021
P. 110

Hanya saja tak sedikit yang menyebut kasus BPJS-TK sama dengan kasus Jiwasraya dan ASABRI.
              Pakar Ekonomi Keuangan Roy Sembel mengatakan unrealized loss BPJS-TK tidak bisa disamakan
              dengan kasus Jiwasraya maupun ASABRI .

              Apalagi menurutnya, kalau dilihat dari portofolio BPJS-TK sendiri, berisi saham-saham LQ45, di
              mana unrealized lossnya mengikuti kondisi naik dan turunnya pasar atau masih inline.

              Sementara  kalau  Jiwasraya  unrealized  loss  karena  berisi  saham-saham  gorengan  yang  naik
              turunnya sangat volatile.

              "Selain itu, prosentase aset allocationnya BPJS Ketenagakerjaan dibandingkan dengan Jiwasraya
              jauh  berbeda.  Portofolio  yang  terdiri  dari  saham  di  BPJS  Ketenagakerjaan  jauh  lebih  kecil
              dibandingan porsinya portfolio saham Jiwasraya," jelas Roy dalam diskusi bertema 'Pengelolaan
              Investasi  dan  Potensi  Unrealized  Loss  pada  Lembaga  Milik  Negara,  Apakah  Pasti  Menjadi
              Kerugian Negara?,' pada Selasa (23/2).

              Pengamat Hukum Pasar Modal Indra Safitri menyebut kerugian investasi adalah salah satu risiko
              pasar yang akan dihadapi oleh investor.

              Namun jika berbicara unrealized loss, adalah kerugian secara buku bukan faktual.

              "Sehingga harus dibuktikan dulu secara hukum apakah ada perbuatan melawan hukum yang
              menjadi sebab kerugian investasi dengan mengunakan pranata hukum pasar modal," jelasnya.

              Jika potensi kerugian, atau kerugian yang belum dibukukan, masuk ranah merugikan negara,
              maka pasal ini akan menakutkan bagi semua pihak yang mengurus investasi.

              Padahal, jika rugi akibat risiko bisnis semata, tentu tidak masuk ranah pidana. Untung dan rugi
              biasa dalam bisnis. Saham naik, dan saham turun juga hal yang jamak di pasar modal.

              Menurut data, Agustus-September 2020 BPJS-TK mengalami unrealized loss hingga mencapai
              Rp43 triliun.
              Lalu, pada akhir Desember 2020 angkanya turun menjadi Rp22,31 triliun, dan pada posisi Januari
              2021 unrealized loss tinggal Rp14,42 triliun.

              Artinya, dapat dipastikan potensi kerugian bisa naik dan bisa turun, tergantung harga saham di
              pasar modal yang menjadi portofolio BPJS-TK.

              Di lain sisi, kontribusi pendapatan termasuk dari saham dan reksa dana yang menjadi pilihan
              investasi BPJS-TK menghasilkan angka yang relatif besar.
























                                                           109
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115