Page 144 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 FEBRUARI 2021
P. 144

PENURUNAN INVESTASI BPJS KETENAGAKERJAAN DINILAI SEBAGAI RISIKO
              BISNIS
              Kejaksaan  Agung  (Kejagung)  tengah  menyidik  Penurunan  nilai  investasi  atau  BPJamsostek.
              Munculnya kasus dugaan korupsi itu bermula dari temuan investasi di BPJS Ketenagakerjaan.

              Pada  Agustus-September  2020,  BPJS  Ketenagakerjaan  mengalami  mencapai  Rp43  triliun.
              Selanjutnya di akhir Desember 2020 angkanya turun menjadi Rp 22,31 triliun, dan pada posisi
              Januari 2021 tinggal Rp 14,42 triliun.

              Pakar Ekonomi Keuangan, Roy Sembel, mengatakan bahwa BPJS Ketenagakerjaan tidak bisa
              disamakan dengan kasus Jiwasraya. Menurut dia, portofolio BPJS Ketenagakerjaan berisi saham-
              saham LQ45, di mana tersebut mengikuti kondisi naik dan turunnya pasar atau masih .

              Sementara  untuk,  karena  berisi  saham-saham  gorengan.  Pergerakan  saham  tersebut  juga
              sangat .

              "Selain  itu,  persentase  -nya  BPJS  Ketenagakerjaan  dibandingkan  Jiwasraya  jauh  berbeda.
              Portofolio yang terdiri dari saham di BPJS Ketenagakerjaan jauh lebih kecil dibandingan porsinya
              portfolio saham Jiwasraya," ujar Roy dalam webinar Infobanktalknews "Pengelolaan Investasi
              dan  Potensi  Unrealized  Loss  pada  Lembaga  Milik  Negara,  Apakah  Pasti  Menjadi  Kerugian
              Negara?" Selasa (23/2).

              Pengamat Hukum Pasar Modal, Indra Safitri, mengatakan bahwa kerugian adalah salah satu
              risiko pasar yang akan dihadapi oleh investor, Hal tersebut juga merupakan kerugian secara
              buku, bukan faktual.

              "Sehingga harus dibuktikan dulu secara hukum, apakah ada perbuatan melawan hukum yang
              menjadi sebab kerugian investasi dengan mengunakan pranata hukum pasar modal," jelasnya.
              Menurut Indra, jika potensi kerugian yang belum dibukukan masuk ranah merugikan negara,
              maka hal ini akan menakutkan bagi semua pihak yang mengurus investasi. Padahal, jika rugi
              akibat risiko bisnis semata, tentu tidak masuk ranah pidana.

              Untung dan rugi merupakan hal lumrah dalam bisnis. Saham naik dan saham turun juga hal yang
              jamak di pasar modal.

              "Artinya, dapat dipastikan potensi kerugian bisa naik dan bisa turun, tergantung harga saham di
              pasar modal yang menjadi portofolio BPJS Ketenagakerjaan," katanya.

              Di lain sisi, kontribusi pendapatan termasuk dari saham dan reksa dana yang menjadi pilihan
              investasi BPJS Ketenagakerjaan menghasilkan angka yang relatif besar.Hasil investasi bruto BPJS
              Ketenagakerjaan selama 2016-2020 sebesar Rp 137,2 triliun dan Rp 33 triliun merupakan reksa
              dana dan saham. Dalam periode 2016-2020, dana investasi meningkat Rp 280,3 triliun atau 136
              persen.

              "Lazimnya pasar saham, ada kalanya naik, ada kalanya turun. Jika kondisi baik, ekonomi baik,
              kemungkinan harga saham juga bergairah. Sebaliknya, kalau ekonomi sedang terpuruk, seperti
              di  awal-awal  pandemi  COVID-19,  Maret  2020  lalu,  harga  saham  berguguran,"  kaya  Eko  B
              Supriyanto, Chairman Infobank Institute.

              Hal tersebut, lanjut Eko, bisa dilihat dari realisasi yang selalu berubah-ubah seiring naik dan
              turunnya  harga  saham.  Dia  pun  mengatakan  perlu  adanya  investor  sebesar  BPJS
              Ketenagakerjaan.

              "Anggap ada sekitar Rp 120 triliun masuk ke pasar. Seandainya tidak ada BPJSTK dan asuransi-
              asuransi lain, akan sangat mempengaruhi," pungkasnya.
                                                           143
   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149