Page 27 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 FEBRUARI 2021
P. 27
Kasus unrealized loss BPJS-TK ini pun seolah-olah disamakan dengan kasus Jiwasraya dan
Asabri. Padahal, sejatinya, kasus unrealized loss BPJS-TK sangat berbeda dengan kasus
Jiwasraya dan Asabari.
Pakar Ekonomi Keuangan Roy Sembel mengungkapkan, unrealizedloss BPJS-TK tidak bisa
disamakan dengan kasus Jiwasraya.
Apalagi, menurutnya, kalau dilihat dari portofolio BPJS-TK sendiri berisi saham-saham LQ45, di
mana unrealized loss-nya mengikuti kondisi naik dan turunnya pasar atau masih inline.
Sementara kalau Jiwasraya unrealized loss karena berisi saham-saham gorengan yang naik
turunnya sangat volatile.
"Selain itu, persentase aset allocation-nya BPJS Ketenagakerjaan dibandingkan dengan
Jiwasraya jauh berbeda. Portofolio yang terdiri atas saham di BPJS Ketenagakerjaan jauh lebih
kecil dibandingkan porsinya portofolio saham Jiwasraya," kata Roy, melalui diskusi
Infobanktalknews dengan tema 'Pengelolaan Investasi dan Potensi Unrealized Loss pada
Lembaga Milik Negara, Apakah Pasti Menjadi Kerugian Negara?' di Jakarta, kemarin.
Pengamat Hukum Pasar Modal Indra Safitri mengatakan, kerugian investasi adalah salah satu
risiko pasar yang akan dihadapi oleh investor. Namun, jika kitaberbicara unrealized loss adalah
kerugian secara buku bukan faktual. "Sehingga harus dibuktikan dulu secara hukum apakah ada
perbuatan melawan hukum yang menjadi sebab kerugian investasi dengan menggunakan
pranata hukum pasar modal," ujarnya.
Jika potensi kerugian atau kerugian yang belum dibukukan, masuk ranah merugikan negara,
pasal ini akan menakutkan bagi semua pihak yang mengurus investasi. Padahal, jika rugi akibat
risiko bisnis semata, tentu tidak masuk ranah pidana. Untung dan rugi biasa dalam bisnis. Saham
naik dan saham turun juga hal yang jamak di pasar modal.
Menurut data Agustus-Sep-tember 2020, BPJS-TK mengalami unrealized loss hingga mencapai
Rp43 triliun. Lalu, pada akhir Desember 2020 angkanya turun menjadi Rp22,31 triliun dan pada
posisi Januari 2021 unrealized loss tinggal Rp14,42 triliun.
Artinya, dapat dipastikan potensi kerugian bisa naik dan bisa turun, tergantung harga saham di
pasar modal yang menjadi portofolio BPJS-TK.
Di lain sisi, kontribusi pendapatan termasuk dari saham dan reksa dana yang menjadi pilihan
investasi BPJS-TK menghasilkan angka yang relatif besar. Berdasarkan data yang dihimpun, hasil
investasi bruto selama lima tahun terakhir 2016-2020 sebesar Rp137,2 triliun dan Rp33 triliun
(reksa dana dan saham).
Tentu, unrealized loss BPJS-TK itu tidak ada artinya jika melihat hasil investasi bruto BPJS-TK
dari saham dan reksa dana itu bahwa ada unrealized loss, itu benar, tergantung pasar saham ke
mana geraknya, naikatau turun.
"Lazimnya pasar saham, ada kalanya naik, ada kalanya turun. Jika kondisi baik, ekonomi baik,
kemungkinan harga saham juga bergairah," tutur Chairman Info-bank Institute Eko B.
Supriyanto. kunthifahmarsandy
26