Page 81 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 FEBRUARI 2021
P. 81
JANGAN SAMAKAN! INI BEDANYA KASUS BPJAMSOSTEK DENGAN KASUS
JIWASRAYA DAN ASABRI
Pakar Ekonomi Keuangan Roy Sembel pun mengungkapkan, dugaan tindak pidana atas
penurunan nilai investasi ( unrealized loss ) BPJS Ketenagakerjaan atau BPJamsostek tidak bisa
disamakan dengan kasus yang mendera Jiwasraya dan Asabri.
Apalagi bila dilihat dari portofolio BPJS-TK sendiri, berisi saham-saham LQ45, dimana unrealized
loss- nya mengikuti kondisi naik dan turunnya pasar atau masih inline. Sementara kalau
Jiwasraya unrealized loss karena berisi saham-saham gorengan yang naik turunnya sangat
volatile.
"Selain itu, prosentase aset allocationnya BPJS Ketenagakerjaan dibandingkan dengan Jiwasraya
jauh berbeda. Portofolio yang terdiri dari saham di BPJS Ketenagakerjaan jauh lebih kecil
dibandingan porsinya portfolio saham Jiwasraya," jelas Roy saat webinar bertajuk 'Pengelolaan
Investasi dan Potensi Unrealized Loss pada Lembaga Milik Negara, Apakah Pasti Menjadi
Kerugian Negara?,' di Jakarta, Selasa (23/2/2021).
Dalam kesempatan yang sama, Pengamat Hukum Pasar Modal, Indra Safitri mengatakan,
kerugian investasi adalah salah satu risiko pasar yang akan dihadapi oleh investor. Namun jika
kita berbicara unrealized loss, adalah kerugian secara buku bukan faktual.
"Sehingga harus dibuktikan dulu secara hukum apakah ada perbuatan melawan hukum yang
menjadi sebab kerugian investasi dengan mengunakan pranata hukum pasar modal," jelasnya.
Jika potensi kerugian, atau kerugian yang belum dibukukan, masuk ranah merugikan negara,
maka pasal ini akan menakutkan bagi semua pihak yang mengurus investasi. Padahal, jika rugi
akibat risiko bisnis semata, tentu tidak masuk ranah pidana. Untung dan rugi biasa dalam bisnis.
Saham naik, dan saham turun juga hal yang jamak di pasar modal.
Menurut data, Agustus-September 2020 BPJamsostek mengalami unrealized loss hingga
mencapai Rp43 triliun. Lalu, pada akhir Desember 2020 angkanya turun menjadi Rp22,31 triliun,
dan pada posisi Januari 2021 unrealized loss tinggal Rp14,42 triliun.
Artinya, dapat dipastikan potensi kerugian bisa naik dan bisa turun, tergantung harga saham di
pasar modal yang menjadi portofolio BPJamsostek.
Di lain sisi, kontribusi pendapatan termasuk dari saham dan reksa dana yang menjadi pilihan
investasi BPJamsostek menghasilkan angka yang relatif besar. Berdasarkan data yang dihimpun,
hasil investasi bruto selama lima tahun terakhir 2016-2020 sebesar Rp137,2 triliun dan Rp33
triliun (reksa dana dan saham).
Tentu unrealized loss BPJS-TK itu tidak ada artinya jika melihat hasil investasi bruto BPJS-TK dari
saham dan reksa dana itu. Bahwa ada unrealized loss, itu benar, tergantung pasar saham ke
mana geraknya, naik atau turun.
"Lazimnya pasar saham, ada kalanya naik, ada kalanya turun. Jika kondisi baik, ekonomi baik,
kemungkinan harga saham juga bergairah. Sebaliknya, kalau ekonomi sedang terpuruk, seperti
di awal-awal pandemi COVID-19, Maret 2020 lalu, harga saham berguguran. Namun, ketika
mulai membaik dan banjir likuiditas maka harga saham kembali terbang," tambah Eko B.
Supriyanto, Chairman Infobank Institute.
Hal tersebut lanjut Eko, bisa dilihat dari realisasi unrealized loss yang selalu berubah-ubah,
seiring naik dan turunnya harga saham. Penambahan unrealized loss hanya sebesar, Rp5,8
triliun. Sedangkan hasil investasi bruto selama lima tahun terakhir 2016-2020 sebesar Rp137,2
triliun dan Rp33 triliun dari reksa dana dan saham.
80