Page 168 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 168

Pasalnya, ia menyebut ancaman yang tertuang dalam Pasal 185 ayat 1 UU Cipta Kerja yang telah
              disahkan  menjadi  UU  Nomor  11  Tahun  2020  ini  'mengerikan'  karena  pengusaha  berpotensi
              dipenjara. "Kalau mengenai sanksi pidana pesangon itu menurut saya mengerikan, membuat
              pengusaha jadi takut (berusaha), wah (bisa) kena pidana," katanya kepada CNNIndonesia.com,
              pada Selasa (3/11).

              Dia menyebut aturan sanksi pidana yang tertuang dalam UU Ciptaker bersifat luas, sementara
              aturan turunannya yaitu peraturan pemerintah (PP) belum juga dirampungkan. Karenanya, ia
              berharap Kementerian Ketenagakerjaan dapat merinci pasal terkait dalam PP dengan jelas.

              Benny  menyebut  pihaknya  sempat  mengusulkan  kepada  pemerintah  untuk  mengatur  iuran
              asuransi pesangon yang dibayarkan rutin per bulan. Dengan demikian, jika terjadi PHK tak hanya
              pekerja, pengusaha pun terlindungi.

              Namun, usulan tersebut belum menemui titik terang karena mekanisme iuran asuransi pesangon
              belum jelas. Selain sebagai jaring pengaman, ia menyebut asuransi tersebut juga dapat menjadi
              peluang bisnis untuk industri terkait. "Teman-teman di industri asuransi bisa melihatnya sebagai
              peluang bisnis. Jadi, menakutkannya pidana itu bisa di cover oleh asuransi," usulnya.

              Sedangkan,  Wakil  Ketua  Apindo  Bidang  Ketenagakerjaan  Bob  Azzam  menyayangkan  adanya
              hukuman pidana dalam UU Ciptaker. Ia khawatir pidana akan membuat pengusaha 'kapok' dan
              was-was dalam berusaha.

              Padahal,  menurutnya  UU  Ketenagakerjaan  bersifat  perdata,  bukan  pidana.  Sedangkan  untuk
              hukuman yang bersifat kriminal telah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
              "Sudah ada KUHP, kenapa harus dibuat lagi dalam UU Ciptaker? Padahal UU Ketenagakerjaan
              adalah hukum perdata, mestinya tidak perlu lagi selama unsur pidana masuk di KUHP kan bisa
              dipidanakan," ujar Bob.

              Dia berharap pemerintah dapat betul-betul menggunakan UU Ciptaker sesuai tujuannya, yaitu
              menggaet investasi dan menciptakan lapangan pekerjaan.

              Jangan sampai, katanya, hukuman pidana malah menambah ketidakpastian berusaha dan malah
              membuat investor mengurungkan niatnya untuk masuk ke RI. "Jangan bikin kapok, jadi nakut-
              nakutin dan buat orang was-was berusaha. Usaha itu kan sifanya keperdataan," tutupnya.
              Sebagai informasi, UU Ciptaker Kerja telah resmi ditandatangani Presiden Joko Widodo (Jokowi)
              pada Senin (2/11). Beleid itu mengatur beberapa ketentuan. Salah satunya, ancaman pidana
              bagi pengusaha yang tak membayar pesangon kepada buruh.

              Dalam  UU  Ciptaker,  aturan  terkait  pesangon  termuat  dalam  Pasal  156  ayat  1.  Pasal  itu
              menyatakan bila terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha wajib membayar uang pesangon
              dan/atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.

              Berikut bunyi pasalnya, "Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
              42 ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80, Pasal 82, Pasal 88A ayat (3), Pasal 88E ayat
              (2), Pasal 143, Pasal 156 ayat (1), atau Pasal 160 ayat (4) dikenai sanksi pidana penjara paling
              singkat  1  (satu)  tahun  dan  paling  lama  4  (empat)  tahun  dan/atau  denda  paling  sedikit
              Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus juta
              rupiah)." (wel/sfr) window.









                                                           167
   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173