Page 163 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 163

RK SEBUT UPAH MINIMUM TAK DINAIKAN UNTUK CEGAH PHK

              Gubernur Jabar, Ridwan Kamil menyatakan bahwa alasan tak menaikan upah minimum provinsi
              di wilayahnya semata untuk mencegah dampak lanjutan yang diakibatkan pandemi Covid-19.

              "Kami  khawatir  karena  sudah  ada  500  perusahaan  yang  mem-PHK.  Kalau  upah  minimum
              dinaikan, kemudian nambah lagi (perusahaan yang mem-PHK), yang dirugikan buruh juga, jadi
              saya mohon pemahaman dan pengertiannya," katanya awal pekan ini.

              Dengan alasan tersebut pula, RK meminta supaya kebijakannya itu tak dibandingkan dengan
              daerah lain seperti Jateng dan DI Yogyakarta. Karakteristiknya, katanya, berbeda.

              "Jangan  dibandingkan  dengan  provinsi  lain  yang  industrinya  sedikit,"  katanya.  Kalau
              dibandingkan dengan Yogyakarta dan Jateng berapa industrinya," imbuh Ridwan Kamil.

              Pasalnya,  kata  mantan  Walikota  Bandung  itu,  Jabar  merupakan  tempat  konsentrasi  industri
              manufaktur  di  Indonesia.  Sebanyak  60  persen  industri  tersebut  beroperasi  di  provinsi  yang
              bertetanggaan  dengan  ibukota  tersebut.  Sayangnya,  mereka  pula  yang  paling  terkena  efek
              pandemi Covid-19.

              "Dari 100 persen sektor manufaktur terbesar se-Indonesia, sekitar 60 persennya ngumpul di
              Jabar. Karena jadi yang paling banyak dan paling terdampak, dan PHK paling banyak juga itulah
              kenapa upah minimum tak dinaikan, mengikuti surat edaran Menaker," jelasnya.

              Di sektor manufaktur, kata Emil, ada 2.000 perusahaan di industri manufaktur yang terdampak.
              Dengan serangkaian kondisi tersebut, dia meminta semua pihak termasuk buruh jernih dalam
              menelaah persoalan upah tersebut terutama dalam kaitan upaya pemulihan ekonomi.

              "Tak ada keputusan yang memuaskan semua pihak tapi kami pun tak ada niat sengsarakan
              rakyat, ini untuk mencegah kemdhratan, PHk sudah dilakukan 500 perusahaan. Itu memang opsi
              tak nyaman tapi harus dilakukan supaya mesin tetap bergerak," jelasnya.

              Sebelumnya,  Jabar  memutuskan  mengikuti  sikap  pemerintah  pusat  dengan  tak  melakukan
              kenaikan besaran upah minimum provinsi (UMP) 2021 pada masa pandemi Covid-19.

              Dengan  demikian,  nilainya  tak  jauh  berbeda  dibandingkan  ketetapan  serupa  pada  tahun
              sebelumnya.  Kebijakan  tersebut  sudah  dituangkan  melalui  Kepgub  561/Kep.722-
              Yanbangsos/2020 yang dikeluarkan pada 31 Oktober 2020.

              "Menetapkan  dan  mengumumkan  UMP  Jabar  2021  adalah  sebesar  Rp  1.810.351,36,  sama
              dengan UMP 2020," kata Kadisnakertrans, Rachmat Taufik Garsadi saat memberikan keterangan,
              akhir pekan lalu.

              Menurut  dia,  keputusan  tersebut  merupakan  jalan  tengah  di  saat  masa  pandemi.  Pasalnya,
              berdasarkan  komponen  penetapan  upah  tersebut,  nilai  UMP  Jabar  seharusnya  mengalami
              penurunan.
              Komponen tersebut di antaranya laju pertumbuhan ekonomi yang minus 5,98 persen dan laju
              inflasi September 1,7 persen.

              "Kalau melihat ini, hitung-hitungannya, UMP Jabar dipastikan turun. Karena itu, sebagai jalan
              tengahnya, kita ikuti surat edaran Menaker sebagai dasar penetapan nilai upahnya," katanya.

              Merujuk pada kondisi itu, pihaknya mengaku tak memahami terhadap daerah yang memutuskan
              kenaikan upah di saat pandemi. Pasalnya, secara dasar penetapan, itu sulit dilakukan.




                                                           162
   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168