Page 221 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 221

Dipastikan SE Menaker tahun ini akan diprotes oleh kalangan SP/SB. Kalangan SP/SB menilai SE
              ini akan mempengaruhi para Gubernur untuk tidak menaikkan UM tahun 2021.
              Tentunya,  lanjut  dia,  SP/SB  harus  mempengaruhi  para  gubernur  untuk  tidak  mengikuti  SE
              Menaker tersebut dan meyakinkan Gubernur untuk tetap menaikkan UM dalam persentase yang
              wajar dan bijak, yang bisa mendukung daya beli pekerja dan kelangsungan usaha. "Saya menilai
              permintaan Menaker untuk tidak menaikkan UM di 2021 dan adanya usualan SP yang meminta
              kenaikan UM di 2021 sebesar 8 persen adalah tidak tepat.

              Harus dicari solusi kenaikan UM 2021 dengan tetap mempertimbangkan kesejahteraan pekerja
              dan kelangsungan usaha," ujarnya.

              Menurut BPS, sejak Januari hingga Agustus 2020 tingkat inflasi mencapai 0,93 persen, sementara
              tingkat inflasi dari tahun ke tahun atau year on year (yoy) dari Agustus 2020 ke Agustus 2019
              adalah sebesar 1,32 persen.

              Dengan data ini seharusnya para Gubernur dapat mempertimbangakan untuk tetap menaikkan
              UM di 2021 walaupun hanya berkisar inflasi yoy yaitu sekitar 1,5 persen sampai 2 persen, di atas
              angka inflasi yoy Agustus, dengan juga mempertimbangkan kondisi September, Oktober sampai
              Desember 2020.

              Tentunya  kenaikan  UM dengan  mempertimbangkan  inflasi  yoy  akan  memiliki  dampak  ikutan
              yang positif. Dengan adanya kenaikan UM maka daya beli pekerja tidak tergerus oleh inflasi
              sehingga pekerja dan keluarganya bisa mempertahankan tingkat konsumsinya.

              Dengan tingkat konsumsi yang tidak turun tentunya akan mendukung tingkat konsumsi agregat
              sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi kita. Konsumsi agregat mendukung 55- 60 persen
              terhadap pertumbuhan ekonomi.

              Dengan tingkat konsumsi yang tidak menurun ini tentunya akan mendukung geliat ekonomi yaitu
              pergerakan barang dan jasa akan lebih dinamis sehingga bisa mendukung peningkatan pajak
              bagi negara.

              Demikian  juga  dengan  adanya  kenaikan  UM  2021  nanti  akan  mendukung  BPJS  Kesehatan
              terhindar dari defisit pembiayaan JKN, mengingat nilai total iuran dari pekerja penerima upah
              (pekerja formal) swasta selama ini menjadi penerimaan kedua tertinggi setelah iuran PBI.

              Demikian  juga  dengan  BPJS  Ketenagakerjaan,  kenaikan  ini  mendukung  rasio  klaim  Jaminan
              Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian akan terjaga di 26 persen dan 30 persen, walaupun
              ada relaksasi iuran kedua program ini di Agustus 2020 sampai Januari 2021.

              Sementara itu tabungan pekerja di program JHT pun akan semakin bertambah dan ketahanan
              dana di Jaminan pensiun akan semakin baik.
              Dengan  kenaikan  dana  kelolaan  di  BPJS  Ketenagakerjaan  ini  maka  akan  mendukung  juga
              penambahan  dana  untuk  membeli  Surat  Berharga  Negara  guna  menutupi  defisit  APBN  kita.
              "Tentunya tidak sebatas menaikkan UM 2021, diharapkan para Gubernur, Walikota dan Bupati
              juga bisa mengalokasikan APBD nya untuk mendukung daya beli pekerja dengan memberikan
              subsidi atau diskon kepada pekerja penerima upah sebatas UM untuk membeli kebutuhan pokok
              seperti beras, minyak goreng dsb," urainya.***.









                                                           220
   216   217   218   219   220   221   222   223   224   225   226