Page 23 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 23

"Kami juga menuntut DPR untuk menerbitkan legislative review terhadap UU No 11 Tahun 2020
              dan melakukan kampanye/ sosialisasi tentang isi pasal UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
              yang merugikan kaum buruh tanpa hoaks atau disinformasi," tegasnya.

              Sedangkan Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Elly Rosita Silaban
              mengatakan, pihaknya juga akan segera menyusul mendaftarkan gugatan uji materi omnibus
              law  UU  Ciptaker  ke  MK.  Mengingat  ada  12  pasal  dalam  regulasi  tersebut  bermasalah  yang
              berkaitan dengan ketenagakerjaan.

              Yakni  terkait  tentang  pesangon,  sistem  kontrak,  pekerja  alih  daya,  dan  pengupahan.  "Kami
              sudah dapat dokumen yang 812 halaman dan ini yang akan kami gugat di MK. Yang pasti, kami
              optimistis  menang,  karena  sudah  dipelajari.  Memang  harus  mengajukan  uji  materi  karena
              merugikan pekerja," katanya saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa (3/u).

              Menurutnya, pada pasal 66 UU Ciptaker tidak jelas menerangkan jenis pekerjaan yang dapat
              diserahkan kepada perusahaan alih daya. Sedangkan di UU Ketenagakerjaan, setidaknya ada
              lima jenis pekerjaan yang bisa dialih dayakan, yaitu sopir, petugas kebersihan, sekuriti, katering,
              dan jasa migas pertambangan.


              "Dampaknya,  pekerja  alih  daya  dapat  digunakan  untuk  melaksanakan  kegiatan  pokok  atau
              kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi. Ini yang kami kritisi, sehingga nantinya
              tidak ada tanggung jawab perusahaan pemberi kerja," ulasnya.

              Juru  Bicara  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  Kahar  S  Cahyo  menambahkan,  uji
              materi diperlukan. Karena dalam pasal 59 soal pekerja untuk waktu tertentu atau kontrak, tidak
              mengatur batasan berapa lama.


              Padahal, jika merujuk pada UU Ketenagakerjaan, pekerja bisa dikontrak paling lama dua tahun
              dan diperpanjang satu tahun. Tujuannya, agar ada pembatasan, ada kepastian jangka waktu
              pekerjaan, dan meningkatkan kesejahteraan buruh.

              "Pasal  di  UU  Ketenagakerjaan  itu  hilang.  Kalau  begitu  dampaknya  karyawan  bisa  dikontrak
              berulang-ulang seumur hidup. Belum lagi bicara soal pesangon yang tidak jelas. Nanti dari uji
              materi di MK akan terlihat kepastian terkait produk regulasi dari pemerintah ini benar atau tidak,"
              tegasnya.

              Tidak hanya asosiasi pekerja saja yang akan mencoba melakukan uji materi UU Ciptaker ke MK,
              Wahana  Lingkungan  Hidup  (Walhi)  pun  dipastikan  akan  bergabung  dengan  elemen  buruh.
              Manager  Kampanye  Iklim  Eksekutif  Nasional  Walhi  Yuyun  Harmono  menilai,  regulasi  yang
              diciptakan  pemerintah  telah  melonggarkan  sanksi  bagi  korporasi  pelanggar  ketentuan
              lingkungan hidup.

              Artinya,  aturan  tersebut  telah  menggeser  sebagian  besar  sanksi  menjadi  hanya  sekadar
              administratif  alih-alih  pidana  atau  perdata.  Sehingga,  efeknya,  kerusakan  lingkungan  pasti
              terjadi. "Skema sanksi berubah. Dulu pidana dan perdata, sekarang administratif. Itu jahat sekali
              dalam UU Ciptaker," tegasnya.

              Menurutnya, banyak pasal-pasal yang berbeda dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2009
              tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).


                                                           22
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28