Page 283 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 283

Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi DKI Jakarta Andri Yansyah menyampaikan,
              sektor usaha di bidang perhotelan dan makanan adalah salah satu contoh sektor usaha yang
              bisa menerapkan UMP 2020.

              "Contohnya seperti mal, hotel, pariwisata, properti, ritel, perdagangan makanan dan minuman,
              itu kan terdampak (pandemi Covid-19)," kata Andri, Senin (2/11/2020).

              Sementara itu, sektor usaha yang tidak terdampak Covid-19 wajib menaikkan UMP mengikuti
              UMP 2021. Andri mencontohkan, sektor usaha di bidang farmasi, telekomunikasi, hingga jasa
              keuangan dipastikan menyesuaikan UMP baru yang telah diputuskan.

              "Kesehatan kan enggak terdampak, terus jasa keuangan, telekomunikasi malah dia meningkat.
              Sedangkan yang terdampak itu otomotif, hotel, bioskop, mal," kata Andri.

              Andri  menjelaskan  perusahaan  yang  terdampak  pandemi  Covid-19  harus  mengajukan
              permohonan  penetapan  UMP  2020  yang  disertakan  dengan  penyerahan  dokumen  dan  data
              keuangan setahun terakhir.

              Permohonan diajukan kepada Gubernur melalui Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi
              DKI Jakarta.

              Selanjutnya,  Disnakertransgi  DKI  akan  mengaji  apakah  permohonan  dari  perusahaan  dapat
              diterima atau tidak.

              "Jadi  kalau  perusahaan  mengajukan  dilakukan  penyesuaian  UMP  2021,  sepertinya  untuk
              perusahaan tersebut (pusat perbelanjaan, hotel, dll) tidak perlu lagi dilakukan kajian, langsung
              dikeluarkan SK untuk menggunakan UMP 2020," tutur Andri.

              Batas  pengajuan  perusahaan  untuk  tidak  menaikkan  UMP,  atau  disebut  penangguhan  UMP,
              berakhir pada 22 Desember mendatang. Batas waktu tersebut diatur dalam Pasal 2 Pergub DKI
              Jakarta Nomor 103 Tahun 2020.

              Dalam  pergub  tertulis,  pengusaha  dapat  mengajukan  permohonan  penangguhan  10  hari
              sebelum kenaikan UMP diberlakukan.

              Andri  menambahkan,  perusahaan  yang  tidak  mengajukan  permohonan  dianggap  sudah
              memenuhi kriteria untuk menyesuaikan dengan UMP 2021.
              Pasal  4  Pergub  tentang  UMP  2021  menyebutkan  setiap  perusahaan  yang  tidak  terdampak
              pandemi Covid-19 dilarang membayar upah lebih rendah dari UMP 2021.

              Perusahaan  yang  melanggar  aturan  tersebut  dapat  dikenakan  sanksi  berdasarkan  aturan
              perundang-undangan.

              Kendati demikian, apabila merujuk Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja,
              tidak ada aturan sanksi bagi perusahaan yang tak mau membayarkan upah sesuai UMP 2021.

              Hanya ada aturan sanksi denda bagi perusahaan yang terlambat membayar upah.

              Pasal 88A Ayat 4 UU Cipta Kerja hanya menyebut pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas
              kesepakatan antara pengusaha dan pekerja atau buruh atau serikat pekerja atau serikat buruh
              tidak  boleh  lebih  rendah  dari  ketentuan  pengupahan  yang  ditetapkan  dalam  peraturan
              perundang-undangan.

              Sedangkan  Pasal  88A  Ayat  5  menyebut  apabila  upah  yang  dibayarkan  lebih  rendah,  maka
              kesepakatan  otomatis  batal  dan  perusahaan  wajib  membayarkan  upah  sesuai  UMP  yang
              diputuskan.

                                                           282
   278   279   280   281   282   283   284   285   286   287   288