Page 374 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 374

Menurut kajian dan analisis yang dilakukan KSPI bahwa dalam salinan UU No 11 Tahun 2020
              khususnya klaster ketenagakerjaan, ditemukan banyak pasal yang merugikan kaum buruh.
              Yang merugikan di antaranya berlakunya kembali sistem upah murah, PKWT atau karyawan
              kontrak seumur hidup, outsourcing seumur hidup, dan nilai pesangon dikurangi.

              "Oleh karena itu KSPI meminta nilai pesangon dikembalikan sesuai isi UU 13/2003," tuturnya.

              Hal lainnya yang disoroti buruh dari UU No 11 Tahun 2020 adalah PHK menjadi mudah dengan
              hilangnya  frasa  batal  demi  hukum  terhadap  PHK  yang  belum  ada  penetapan  dari  lembaga
              penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

              KPSI  juga  menilai Tenaga  Kerja  Asing  (TKA) buruh  kasar  cenderung  akan  mudah  masuk  ke
              Indonesia karena kewajiban memiliki izin tertulis menteri diubah menjadi kewajiban memiliki
              rencana penggunaan tenaga kerja asing yang sifatnya pengesahan.
              Selain itu, cuti panjang berpotensi hilang karena menggunakan frasa dapat, jam kerja dalam
              penjelasan UU No 11 Tahun 2020 memberi peluang ketidakjelasan batas waktu kerja.

              "Ini  berpotensi  menyebabkan  buruh  tidak  mendapatkan  jaminan  kesehatan  dan  jaminan
              pensiun, dan beberapa sanksi pidana yang sebelumnya ada menjadi dihilangkan," terang dia.

              UU Cipta Kerja Mulai Berlaku, Kini Berisi 1.187 Halaman Undang-Undang Cipta Kerja kini resmi
              diundangkan setelah ditandatangani Presiden Joko Widodo pada Senin (2/11/2020).

              Draf resmi UU Cipta Kerja ini juga telah diunggah pemerintah di situs Kementerian Sekretariat
              Negara, yang beralamat di https://jdih.setneg.go.id.

              Secara resmi, aturan ini bernama Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

              Kali ini, draf resmi UU Cipta Kerja memiliki 1.187 halaman.
              Sebelum draf resmi ini beredar, masyarakat sempat dibuat bingung karena sejak pengesahan di
              rapat paripurna DPR pada 5 Oktober 2020, tidak ada versi resmi draf final sejak berbentuk RUU
              Cipta Kerja.

              Pada 5 Oktober 2020 sebelum rapat paripurna berlangsung, Kompas.com mendapatkan draf
              versi 905 halaman dari dua pimpinan Badan Legislatif DPR.

              Kemudian, beredar versi 1.035 halaman yang dikonfirmasi oleh Sekjen DPR Indra Iskandar pada
              12 Oktober 2020.

              Sehari kemudian, 13 Oktober 2020, DPR kembali mengonfirmasi mengenai versi 802 halaman,
              dengan isi yang disebut tidak berbeda dengan versi 1.035 halaman.
              Adapun,  draf  UU  Cipta  Kerja  dengan  1.187  halaman  ini  sejalan  dengan  pernyataan  PP
              Muhammadiyah  dan  Majelis  Ulama  Indonesia,  yang  mengaku  menerima  draf dengan  jumlah
              halaman seperti yang dimaksud.

              Hal  ini  kemudian  dikonfirmasi  Menteri  Sekretaris  Negara  Pratikno.  Menurut  dia,  tidak  ada
              perubahan yang signifikan antara draf itu dengan yang disampaikan DPR.

              "Substansi RUU Cipta Kerja dalam format yang disiapkan Kemensetneg (1.187 halaman) sama
              dengan naskah RUU Cipta Kerja yang disampaikan oleh DPR kepada Presiden," ucapnya, pada
              23 Oktober 2020.


              Berlaku  Mulai  2  November  2020  Presiden  Joko  Widodo  telah  menandatangani  omnibus  law
              Undang-undang (UU) Cipta Kerja pada Senin (2/11/2020).
                                                           373
   369   370   371   372   373   374   375   376   377   378   379