Page 377 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 377

BEBERAPA PASAL KLASTER KETENAGAKERJAAN DALAM UU CIPTA KERJA DINILAI
              MERUGIKAN BURUH VERSI KSPI
              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) meminta Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11
              Tahun 2020 dicabut, karena sangat merugikan buruh.

              "Setelah kami pelajari, isi undang-undang tersebut khususnya terkait klaster ketenagakerjaan
              hampir  seluruhnya  merugikan  kaum  buruh,"  kata  Presiden  KSPI  Said  Iqbal,  Jakarta,  Selasa
              (3/11/2020).

              Berdasarkan kajian dan analisa yang dilakukan KSPI terhadap UU Cipta Kerja, khusus klaster
              ketenagakerjaan, ditemukan banyak pasal yang merugikan kaum buruh.

              Beberapa pasal tersebut antara lain: - Berlakunya Kembali Sistem Upah Murah Hal ini terlihat
              dengan adanya sisipan Pasal 88C Ayat (1) yang menyebutkan gubernur wajib menetapkan upah
              minimum provinsi dan Pasal 88C Ayat (2) yang menyebutkan gubernur dapat menetapkan upah
              minimum kabupaten/kota dengan syarat tertentu.

              "Penggunaan  frasa  dapat  dalam  penetapan  upah  minimum  kabupaten/kota  (UMK)  sangat
              merugikan buruh. Penetapan UMK bukan kewajiban, bisa saja gubernur tidak menetapkan UMK,"
              ujar Said.

              Said menilai, hal tersebut akan mengakibatkan upah murah, misalnya UMP 2019 di Jawa Barat
              sebesar Rp 1,8 juta dan UMK Bekasi sebesar Rp 4,2 juta.
              "Jika hanya ditetapkan UMP, maka nilai upah minimum di Bekasi akan turun. Dengan kata lain,
              berlakunya UU Cipta Kerja mengembalikan kepada rezim upah murah," papar Said.

              - PKWT atau Karyawan Kontrak Seumur Hidup UU No. 11 Tahun 2020 menghilangkan periode
              batas waktu kontrak yang terdapat di dalam Pasal 59 UU No. 13 Tahun 2003.

              Akibatnya,  kata  Said,  pengusaha  bisa  mengontrak  berulang-ulang  dan  terus-menerus  tanpa
              batas periode menggunakan PKWT atau karyawan.

              Dengan demikian, PKWT (karyawan kobntrak) bisa diberlakukan seumur hidup tanpa pernah
              diangkat menjadi PKWTT (karyawan tetap). Hal ini berarti, tidak ada job security atau kepastian
              bekerja.
              "Padahal dalam UU No 13 Tahun 2003, PKWT atau karyawan kontrak batas waktu kontraknya
              dibatasi maksimal 5 tahun dan maksimal 3 periode kontrak," ucapnya.

              - Outsourcing Seumur Hidup UU Cipta Kerja mengapus Pasal 64 dan 65 UU No 13 Tahun 2003.

              Selain itu, juga menghapus batasan lima jenis pekerjaan yang terdapat di dalam Pasal 66 yang
              memperbolehkan penggunaan tenaga kerja outsourcing hanya untuk cleaning service, cattering,
              security, driver, dan jasa penunjang perminyakan.

              Dengan demikian, semua jenis pekerjaan di dalam pekerjaan utama atau pekerjaan pokok dalam
              sebuah perusahaan bisa menggunakan karyawan outsourcing.

              "Hal ini mengesankan negara melegalkan tenaga kerja diperjual belikan oleh agen penyalur.
              Padahal di dunia internasional, outsourcing disebut dengan istilah modern slavery (perbudakan
              modern)," tutur Said.

              "KSPI  meminta  penggunaan  tenaga  kerja  outsourcing  hanya  dibatasi  5  jenis  pekerjaan  saja
              sebagaimana diatur dalam UU No 13 Tahun 2003," sambungnya.


                                                           376
   372   373   374   375   376   377   378   379   380   381   382