Page 432 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 432

RESMI DITEKEN JOKOWI, INI 7 POTENSI KERUGIAN DI UU CIPTAKER MENURUT
              BURUH
              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) mencatat sedikitnya ada lima pasal yang merugikan
              buruh  dalam  Omnibus  Law  Undang-Undang  Cipta  Kerja  Nomor  11  tahun  2020  yang  baru
              ditandatangani Presiden Joko Widodo pada Senin (2/11/2020) kemarin.

              Ketua  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  Said  Iqbal  mengatakan  UU  Cipta  Kerja
              11/2020 itu banyak pasal yang merugikan buruh.

              "Setelah kami pelajari, isi undang-undang tersebut khususnya terkait klaster ketenagakerjaan
              hampir  seluruhnya  merugikan  kaum  buruh,"  kata  Said  Iqbal  dalam  keteranganya,  Selasa
              (3/11/2020).

              Berikut 5 Alasan KSPI menolak UU Cipta Kerja 11/2020: 1.
              Sistem Upah Murah Kembali Berlaku Sistem rezim upah murah kembali berlaku karena pasal 88C
              Ayat (1) yang menyebutkan gubernur wajib menetapkan upah minimum provinsi dan Pasal 88C
              Ayat (2) yang menyebutkan gubernur dapat menetapkan upah minimum kabupaten/kota dengan
              syarat tertentu.

              "Penggunaan  frasa  'dapat'  dalam  penetapan  upah  minimum  kabupaten/kota  (UMK)  sangat
              merugikan  buruh.  Karena  penetapan  UMK  bukan  kewajiban,  bisa  saja  gubernur  tidak
              menetapkan UMK. Hal ini akan mengakibatkan upah murah," ucapnya.
              Apalagi ditambah dengan dihilangkan upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi
              atau kabupaten/kota (UMSK dan UMSP), karena UU No 11 Tahun 2020 menghapus Pasal 89 UU
              No 13 Tahun 2003.

              "Bagaimana mungkin sektor industri otomotif atau sektor pertambangan dan lain-lain, nilai upah
              minimumnya  sama  dengan  perusahan  baju  atau  perusahaan  kerupuk.  Itulah  sebabnya,  di
              seluruh dunia ada UMSK yang berlaku sesuai kontribusi nilai tambah tiap-tiap industri terhadap
              PDB negara," jelasnya.

              2. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu atau Karyawan Kontrak Seumur Hidup.

              UU Ciptaker 11/2020 menghilangkan batas waktu kontak yang terdapat di dalam Pasal 59 UU
              No 13 Tahun 2003, maka mulai sekarang pengusaha bisa mengontrak berulang-ulang dan terus-
              menerus tanpa batas periode menggunakan PKWT atau karyawan.

              "Hal ini berarti, tidak ada job security atau kepastian bekerja," ucap Iqbal.

              Regulasi yang mengatur PKWT atau karyawan kontrak batas waktu kontraknya dibatasi maksimal
              5 tahun dan maksimal 3 periode kontrak dihapuskan, karyawan tak punya harapan lagi diangkat
              menjadi karyawan tetap yang menjamin kepastian kerja.

              3. Outsourcing Seumur Hidup

              UU Ciptaker 11/2020 menghapus Pasal 64, 65, dan 66 UU No 13 Tahun 2003.

              Dalam  pasal  66  yang  dihapus  mengatur  batasan  5  jenis  pekerjaan  yang  memperbolehkan
              penggunaan tenaga kerja outsourcing hanya untuk cleaning service, catering, security, driver,
              dan jasa penunjang perminyakan.

              Dengan  tidak  adanya  batasan  terhadap  jenis  pekerjaan  yang  boleh  menggunakan  tenaga
              outsourcing, maka semua jenis pekerjaan di dalam pekerjaan utama atau pekerjaan pokok dalam
              sebuah perusahaan bisa menggunakan karyawan outsourcing.

                                                           431
   427   428   429   430   431   432   433   434   435   436   437