Page 440 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 440

"Pagi ini kami akan secara resmi akan mendaftarkan gugatan judicial review ke MK terhadap uji
              materiil UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja," ujar Presiden KSPI Said Iqbal dalam
              keterangannya, Selasa, 3 November.

              KSPI  juga  masih  akan melanjutkan  aksi  penolakan  terhadap  undang-undang  dan  melakukan
              mogok kerja sesuai dengan yang diatur oleh ketentuan yang berlaku. Said menjamin aksi yang
              digencarkan buruh bersifat anti-kekerasan.

              Selanjutnya, KSPI pun bakal mendesak DPR untuk menerbitkan legislatif review terhadap UU
              Nomor 11 Tahun 2020 dan melakukan kampanye atau sosialisasi tentang isi pasal-pasal yang
              ditengarai merugikan buruh. "Sosialisasi tanpa melakukan hoaks atau disinformasi," ujar Said
              Iqbal.

              KSPI  sebelumnya  menolak  penerbitan  UU  Cipta  Kerja  karena  sejumlah  klausul  di  dalamnya
              disebut merugikan kaum pekerja. Setidaknya ada empat poin utama yang disoroti kaum pekerja.
              Pertama, beleid itu ditengarai menyebabkan sistem upah murah berlaku.
              Pasal yang dimaksud adalah Pasal 88C Ayat (1) yang menyebutkan gubernur wajib menetapkan
              upah minimum provinsi dan Pasal 88C Ayat (2) yang menyebutkan gubernur dapat menetapkan
              upah minimum kabupaten/kota dengan syarat tertentu. Penggunaan kata "dapat" dikhawatirkan
              membuat penetapan upah minimum kabupaten/kota (UMK) merugikan buruh.
              KSPI juga memasalahkan hilangnya klausul upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah
              provinsi  atau  kabupaten/kota  (UMSK  dan  UMSP)  karena  diduga  akan  mendorong  terjadinya
              ketidakadilan. Said menekankan, KSPI meminta agar UMK tetap ada tanpa syarat dan UMSK
              serta UMSP tidak dihilangkan.

              Kedua terkait kontrak karyawan. KSPI menyebut UU Cipta Kerja telah menghilangkan periode
              batas waktu kontrak yang terdapat di Pasal 59 UU Nomor 13 Tahun 2003. Akibatnya, menurut
              Said,  pengusaha  bisa  mengontrak  berulang-ulang  dan  terus-menerus  tanpa  batas  periode
              menggunakan PKWT atau karyawan.

              Ketiga, KSPI memasalahkan dihapusnya Pasal 64 dan 65 UU Nomor 13 Tahun 2003 di UU Cipta
              Kerja yang diduga mendorong perusahaan mengontrak pekerja dalam waktu yang panjang. KSPI
              pun menyoroti dihapusnya batasan lima jenis pekerjaan yang terdapat di dalam Pasal 66 UU
              sebelumnya yang memperbolehkan penggunaan tenaga kerja outsourcing hanya untuk cleaning
              service, cattering, security, driver, dan jasa penunjang perminyakan.

              "Dengan  tidak  adanya  batasan  terhadap  jenis  pekerjaan  yang  boleh  menggunakan  tenaga
              outsourcing,  semua  jenis  pekerjaan  di  dalam  pekerjaan  utama  atau  pekerjaan  pokok  dalam
              sebuah perusahaan bisa menggunakan karyawan outsourcing," ucapnya.

              Keempat ialah pesangon. UU Cipta Kerja, kata Said, mengurangi nilai pesangon buruh dari 32
              bulan upah menjadi 25 upah. "Hal ini jelas merugikan buruh Indonesia karena nilai jaminan hari
              tua dan jaminan pensiun buruh Indonesia masih kecil dibandingkan dengan beberapa neagra
              ASEAN," kata Said.

              FRANCISCA CHRISTY ROSANA.











                                                           439
   435   436   437   438   439   440   441   442   443   444   445