Page 92 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 92

Ringkasan

              Sejumlah  kepala  daerah  memutuskan  untuk  menaikkan  upah  minimum  provinsi  (UMP).
              Keputusan itu tidak sejalan dengan Surat Edaran (SE) Menteri Ketenagakerjaan dapat memicu
              terjadinya gelombang PHK secara besar-besaran.

              Menanggapi hal ini, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani
              menyesalkan keputusan Gubernur Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, DKI dan Sulawesi selatan
              serta kepala daerah lainnya yang tetap menaikkan upah minimum 2021 (UMP 2021).



              PENGUSAHA INGATKAN POTENSI GELOMBANG PHK SAAT UPAH MINIMUM NAIK

              Sejumlah  kepala  daerah  memutuskan  untuk  menaikkan  upah  minimum  provinsi  (UMP).
              Keputusan itu tidak sejalan dengan Surat Edaran (SE) Menteri Ketenagakerjaan dapat memicu
              terjadinya gelombang PHK secara besar-besaran.

              Menanggapi hal ini, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani
              menyesalkan keputusan Gubernur Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, DKI dan Sulawesi selatan
              serta kepala daerah lainnya yang tetap menaikkan upah minimum 2021 (UMP 2021).

              Diskresi yang diambil oleh kepala daerah tersebut tidak sesuai dengan Surat Edaran (SE) Menteri
              Ketenagakerjaan Nomor M/11/HK.04/2020 Tentang Penetapan Upah Minimum Tahun 2021 pada
              Covid-19.

              "Dengan  penetapan  upah  minimum  yang  tidak  sesuai  dengan  SE,  bahwa  akan  semakin
              mempersulit  dunia  usaha  yang  pada  ujungnya  akan  menyebabkan  gelombang  PHK  besar-
              besaran dalam kondisi krisis," kata Hariyadi dilansir dari Antara, Selasa (3/11/2020). Hariyadi
              menjelaskan  bahwa  penetapan  UMP  2021  yang  nilainya  sama  dengan  tahun  2020  oleh
              Kemenaker  sudah  tepat  dan  sesuai  dengan  Rekomendasi  dari  Dewan  Pengupahan  Nasional.
              Keputusan tersebut juga mempertimbangkan dengan kondisi setidaknya 10 sektor perusahaan
              yang terpukul akibat pandemi Covid-19.

              Menurut dia, perhitungan tersebut sudah sangat rasional mengingat banyak dunia usaha yang
              bahkan kesulitan untuk membayar upah secara normal dalam situasi pandemi. Jika berdasarkan
              hitungan  kondisi  normal,  besaran  UMP  justru  mengalami  penurunan  karena  pertumbuhan
              ekonomi nasional yang negatif dan inflasi.

              "Tentunya tidak mungkin kalau kita pakai formula yang minus ini, upahnya justru menurun,
              sehingga direkomendasikan upahnya tetap," kata Hariyadi. Berdasarkan data analisis dampak
              Covid-19 terhadap pelaku usaha yang dilakukan oleh BPS, tercatat bahwa hampir seluruh sektor
              mengalami penurunan pendapatan dan kesulitan terkait pembayaran upah.

              Dari  data  tersebut,  perusahaan  yang  menghadapi  kendala  keuangan  terkait  pegawai  dan
              operasional sekitar 53,17 persen berasal dari usaha menengah dan besar, serta 62,21 persen
              usaha mikro dan kecil.


              Apindo pada dasarnya sulit menerima SE Menaker tersebut, karena dalam kondisi memburuknya
              situasi ekonomi seperti ini seharusnya UMP diturunkan sehingga kelangsungan bekerja pekerja/

                                                           91
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97