Page 95 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 95

DUA MATA PEDANG KEBIJAKAN UMP 2021

              Silang  pendapat  antara  perlu  naik  atau  tidaknya  upah  minimum  2021  terus  berlangsung.
              Bagaimana dampaknya ke depan?

              "Poin  saya  adalah,  bahwa  menjaga  daya  beli  itu  tidak  harus  dilakukan  berdasarkan  upah
              minimum."

              Pernyataan itu diucapkan Deputi III Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priono
              saat menjadi pembicara dalam diskusi daring bertajuk Upah Minimum 2021 Tak Naik, Jangan
              Panik, Minggu (1/11). Edy tengah menanggapi pernyataan yang disuarakan barisan buruh.

              Organisasi  buruh  yang  dimaksud  Edy,  yakni  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI),
              menolak  tegas  keputusan  pemerintah  yang  tertuang  dalam  Surat  Edaran  Nomor  M/11
              /HK.04/X/2020 tentang Penetapan Upah Minimum Baru Tahun 2021 di Masa Pandemi Covid-19.
              Dalam  surat  ini,  Menteri  Tenaga  Kerja  (Menaker)  Ida  Fauziah  menyatakan  Upah  Minimum
              Provinsi  (UMP)  maupun  Upah  Minimum  Kabupaten  (UMK)  tak  perlu  naik  demi  menjaga
              perlindungan kelangsungan usaha.

              Ketua  KSPI  Said  Iqbal  mengatakan  bukan  organisasinya  saja  yang  menolak.  Hampir  semua
              organisasi buruh mendesak pemerintah menganulir keputusan tersebut.

              Respons  pemerintah,  yang  memandang  bahwa  daya  beli  bisa  dijaga  lewat  metode  selain
              kenaikan upah, bikin Said dan barisan buruh kian geram. Mereka lantas menghelat serangkaian
              aksi massa sejak Senin (2/11).

              Dalam catatan Bisnis, berdasarkan keterangan informasi Polda Metro Jaya, di DKI Jakarta saja
              tercatat ada 17 titik aksi orasi yang mendapat pengamanan kepolisian. Aksi tersebut tersebar di
              berbagai wilayah Jakarta.

              Selain dalam rangka menolak UMP dan UMK, aksi ini juga merupakan desakan lanjutan terhadap
              Omnibus Law Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang telah diketok palu oleh DPR pada bulan
              lalu.

              "Bilamana pemerintah tetap tidak naikkan upah secara mayoritas 2021, dan UU Omnibus Law
              Cipta Kerja tidak dibatalkan, sekeras-kerasnya seruan mogok kerja akan kami lakukan di seluruh
              Indonesia," kata Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena
              Wea, saat berorasi di atas mobil demonstran.

              Hal senada diutarakan Said yang juga hadir dalam demonstrasi pada Senin (2/11). Said dan Andi
              menyatakan  mogok  kerja  bisa  jadi  akan  melibatkan  sekitar  5.000-10.000  perusahaan  di
              Indonesia.

              "Bilamana ada 10.000 perusahaan dan rata-rata ada 200 karyawan yang mogok, maka akan ada
              2  juta  buruh  yang  mogok  kerja  secara  nasional.  Ini  akan  melumpuhkan  produksi  di  pabrik-
              pabrik," ucapnya.


              TAK KOMPAK

              Tingginya desakan dari buruh sudah berhasil membuat sejumlah gubernur mengambil sikap tak
              kompak.
                                                           94
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100