Page 6 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 MARET 2021
P. 6
positive - Rina Herlina Haryantimenyebutkan (Anggota Pusat Penelitian Kependudukan dan
Gender LPPM Universitas Sebelas Maret (UNS)) Kalau bukan saya yang mem-
bawakajiandifabelini,lantassiapayang akan mengangkat. Mudah-mudahan apa yang saya
lakukan juga dapat membawa teman difabel lainnya dan dipahami bagaimana keadaan mereka
positive - Ida Fauziah (Menteri Ketenagakerjaan) Saya berharap agar semua perusahaan.baik
swasta. BUMN dan BUMD, terutama pafe GEOdaii pimpinannya, dapat terus'memberikan
kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas di masa pandemi ini, sesuai amanat Undang-
undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas
neutral - Ida Fauziah (Menteri Ketenagakerjaan) Selama ini, yang menjadi permasalahan yang
menghambat tercipta-nya sistem ketenagakerjaan inklusif adalah masih adanya stigma di
masyarakat bahwa penyandang disabilitas tidak bisa berkontribusi. Padahal, pada kenyataannya,
kita seringkali dapat menemukan penyandang disabilitas yang justru memiliki etos kerja dan
produktivitas yang leb-ih tinggi
Ringkasan
Perempuan penyandang disabilitas masuk dalam kelompok situasi khusus yang mempunyai
kerentanan lebih dibandingkan perempuan pada umumnya dan penyandang disabilitas lainnya.
Bahkan, sebelum pandemi Covid-19, perempuan penyandang disabilitas sudah menghadapi
banyak tantangan dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari dan berpartisipasi di ruang publik.
Belum lama ini, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziah berharap agar perusahaan-
perusahaan memberikan lebih banyak kesempatan kerja kepada kaum difabel, terlebih di masa
pandemi Covid-19. Ida berpesan agar perusahaan saat ini harus dapat menjadi perusahaan
inklusi, yang artinya perusahaan membangun hubungan ketenagakerjaan di dalam perusahaan
tanpa diskriminasi. Setiap orang memiliki akses dan kontrol yang sama atas sumber daya,
kesempatan dalam pengembangan karier dan manfaat dari, setiap kebijakan ketenagakerjaan
yang dibuat perusahaan.
BEBAN BERLIPAT PEREMPUAN PENYANDANG DISABILITAS
Perempuan penyandang disabilitas masuk dalam kelompok situasi khusus yang mempunyai
kerentanan lebih dibandingkan perempuan pada umumnya dan penyandang disabilitas lainnya.
Bahkan, sebelum pandemi Covid-19, perempuan penyandang disabilitas sudah menghadapi
banyak tantangan dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari dan berpartisipasi di ruang publik.
Kerentanan yang dihadapi perempuan disabilitas akibat dari situasi ganda yang mereka hadapi,
yaitu sebagai perempuan dan sebagai penyandahg disabilitas. Stigma terhadap perempuan. saja
sudah menjadi penghalang, apalagi; ditambah dengan disabilitas. Mereka menghadapi
diskriminasi ganda, subordinasi, dan rentan menjadi korban kekerasan.
Yang juga menjadi persoalan, rata-rata perempuan disabilitas mempunyai ketergantungan
mobilitas untuk menjalankan roda ekonominya. Makanya, selama pandemi hampir semua usaha
mereka terpuruk karena mereka juga tidak dapat bepergian tanpa dukungan mobilitas dari orang
lain. Kondisi kesehatan mereka rata-rata tidak cukup bagus karena pengaruh usia ataupun
karena kondisi disabilitas. Imbauan bagi mereka untuk tidak keluar rumah karena rentan tertular
dan menularkan virus pada orang lain juga sangat berdampak secara sosial-ekonomi kepada
mereka.
Memang, penanganan terhadap perempuan disabilitas yang terpapar dan terdampak Covid-19
merupakan, aktivitas yang cukup kompleks, membutuhkan keahlian spesifik, kewe-nangan yang
5