Page 188 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 JULI 2021
P. 188

"Hitungan saya sederhana, angka buruh terpapar Covid-19 itu 10 persen atau sekitar 75 ribu.
              Kalau penyebarannya makin besar, pabrik mau tidak mau tutup dan tidak ada keuntungan, maka
              manajemen memutuskan pengurangan," papar Said.

              Said pun menyebut, pekerja di sektor manufaktur atau pabrikasi tidak bisa menerapkan sistem
              bekerja dari rumah atau work from home (WFH), seperti layaknya orang kantoran.

              "Pabrik itu tidak bisa WFH, misalnya pekerja di bagian A bekerja, bagian B WFH, dan bagian C
              bekerja. Itu tidak bisa jalan, dia tidak bisa lombat dari A ke C," ucapnya.

              Diketahui, PPKM Darurat telah berjalan sejak 3 Juli hingga 20 Juli 2021, dan kini pemerintah
              belum memutuskan akan diperpanjang atau tidak.

              Namun, sebelumnya pemerintah berwacana akan memperpanjang menjadi enam bulan hingga
              Agustus 2021, atau diperpanjang hanya sampai akhir Juli 2021.
              Penularan Covid-19 di Pabrik Agresif, Buruh Minta Pemerintah Beri Sanksi Tegas ke Pengusaha

              Buruh  meminta  pemerintah  memberikan  sanksi  tegas  kepada  Asosiasi  Pengusaha  Indonesia
              (Apindo) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, karena tidak patuh aturan PPKM
              darurat.

              Ketua  Umum  Federasi  Serikat  Buruh  Persatuan  Indonesia  (FSBPI)  Dian  Septi  Trisnanti
              mengatakan  PPKM  darurat  tidak  berlaku  bagi  ratusan  ribu  sektor  manufaktur  TGSL  (tekstil,
              garmen, sepatu, dan kulit) serta bagi jutaan pekerjanya.

              "Di banyak sentra industri sektor ini (misal, Cakung, Tangerang, Subang, Sukabumi, dan Solo),
              puluhan pabrik masih beroperasi 100 persen. Para pekerja wajib bekerja, jika tidak mereka akan
              kehilangan pekerjaan," urainya dalam dialog virtual, Senin (19/7/2021).

              Jutaan  pekerja  bekerja  penuh  waktu,  bahkan  melakukan  lembur,  dalam  ruang  tertutup  dan
              padat, tanpa alat pelindung diri (APD, masker, hand sanitizer, fasilitas mencuci tangan, dll) dan
              fasilitas kesehatan memadai (klinik, tes awal, atau vitamin penunjang).

              "Implementasi Omnibus Law UU Cipta Kerja No 11/2020 memperburuk situasi pekerja. Sejak
              awal  tahun  2021,  dengan  merujuk  pada  UU  Cipta  Kerja,  sejumlah  perusahaan  TGSL  telah
              mengubah  sistem  kerja dari  pekerja  tetap  menjadi  pekerja  kontrak  atau  pekerja  borongan,"
              imbuh Dian.

              Akibat dari situasi klaster pabrik termasuk klaster penyebaran Covid-19 yang paling agresif.

              Dian  menambahkan  berdasarkan  data  serikat  pekerja/serikat  buruh  sektor  TGSL  dalam  dua
              minggu terakhir ribuan anggota di wilayah Cakung, Tangerang, Subang, Sukabumi, dan Solo
              terpapar melalui tempat kerja/pabrik.

              Buruh meminta pemerintah RI untuk memastikan konsistensi dan sanksi PPKM darurat yang
              dinilai masih ambigu, longgar, dan berpotensi memperlambat penyelesaian pandemi Covid-19.

              "Kami meminta pemerintah mendesak Apindo dan Kadin untuk memastikan pemenuhan hak-hak
              kesehatan pekerja selama masa pandemi Covid-19. Vaksin gratis bagi pekerja dan keluarga di
              lingkungan  pabrik,  jaminan  upah  dan  fasilitas  rehabilitasi  kesehatan  gratis  tindakan  nyata
              solidaritas sosial pengusaha di masa sulit ini," urainya.

              Sebelumnya, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kawasan
              industri masuk zona merah penyebaran Covid-19.




                                                           187
   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193