Page 101 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 FEBRUARI 2021
P. 101

karena itu, RPP JKP tersebut dinilai tidak memberikan perlindungan bagi korban PHK. "Dalam
              jangka panjang, seharusnya melindungi korban PHK. Tapi konsep ini belum tampak ya apakah
              bisa melindungi," katanya.



              RPP JAMINAN KEHILANGAN KERJA: KORBAN PHK DAPAT UANG HINGGA RP10,5
              JUTA

              Pemerintah  mempublikasikan  Rancangan  Peraturan  Pemerintah  (RPP)  tentang  Jaminan
              Kehilangan  Pekerjaan  (JKP)  sebagai  turunan  dari  Undang-Undang  Cipta  Kerja  .  Dalam  RPP
              tersebut, korban pemutusan hubungan kerja ( PHK ) bakal dapat manfaat uang tunai 6 kali upah.

              Pasal 21 RPP JKP menyebutkan uang tunai diberikan setiap bulan, paling banyak 6 bulan upah.
              Rinciannya,  45%  dari  upah  untuk  tiga  bulan  pertama  dan  25%  dari  upah  untuk  tiga  bulan
              berikutnya. Namun, batas atas hitungan upah korban PHK hanya sebesar Rp 5 juta sehingga
              total manfaat maksimal yang diterima Rp 10,5 juta.

              Cara penghitungannya, korban PHK dengan upah di atas Rp 5 juta akan mendapatkan uang
              sebesar Rp 2,25 juta pada 3 bulan pertama dan Rp 1,25 juta pada 3 bulan berikutnya. Dengan
              demikian, maksimal uang yang diperoleh korban PHK dengan upah di atas Rp 5 juta sebesar Rp
              10,5 juta.

              "Dalam  hal  upah  melebihi  batas  atas  upah,  maka  upah  yang  digunakan  sebagai  dasar
              pembayaran manfaat uang tunai sebesar batas atas upah," demikian tertulis dalam Pasal 21 ayat
              (4), seperti dikutip Jumat (5/2).

              Besaran  batas  atas  upah  akan  dievaluasi  saban  2  tahun  dan  ditetapkan  oleh  Menteri
              Ketenagakerjaan  setelah  berkoordinasi  dengan  Kementerian  Keuangan  dan  Dewan  Jaminan
              Sosial Nasional. Adapun, besaran gaji yang menjadi basis penghitungan pesangon ialah upah
              yang dilaporkan pengusaha ke BPJS Ketenagakerjaan.

              Bila upah pekerja yang dilaporkan pengusaha tidak sesuai dengan nominal sebenarnya, maka
              pengusaha  wajib  membayar  kekurangan  manfaat  uang  tunai  kepada  pekerja/buruh  secara
              sekaligus.

              Selain  uang  tunai,  korban  PHK  juga  mendapatkan  fasilitas  akses  informasi  pasar  kerja  serta
              bimbingan  jabatan  berupa  penilaian  diri  atau  konseling  karir.  Kemudian,  mereka  juga  akan
              diberikan pelatihan kerja melalui program JKP.

              "Manfaat pelatihan kerja berupa pelatihan berbasis kompetensi," demikian tertulis dalam Pasal
              30 RPP tersebut.

              Meski demikian, korban PHK harus memenuhi beberapa syarat untuk mendapatkan JKP. Salah
              satunya,  harus  bersedia  untuk  bekerja  kembali.  Mereka  juga  harus  memiliki  masa  iur  paling
              sedikit 12 bulan dalam 24 bulan dan telah membayar iuran paling singkat 6 bulan berturut-turut
              pada BPJS Ketenagakerjaan.

              Jaminan ini juga tidak diberikan bagi pekerja/buruh yang kena PHK karena alasan mengundurkan
              diri, cacat total tetap, pensiun, atau meninggal dunia. Adapun, JKP untuk Perjanjian Kerja Waktu
              Tertentu (PKWT) diberikan bila PHK dilakukan sebelum jangka waktu perjanjian kerja berakhir.

              Adapun Pasal 11 mengatur besaran iuran dalam JKP sebesar 0,46 persen dari upah bulanan
              pekerja. Dari angka tersebut, pemerintah menanggung porsi 0,22. Sedangkan sisa 0,24 persen
              berasal dari rekomposisi Jaminan Kematian dan Jaminan Kecelakaan Kerja pekerja.



                                                           100
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106