Page 212 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 MARET 2021
P. 212

DIDEMO BURUH, INI ALASAN KEMNAKER TETAP JALANKAN ATURAN SOAL UPAH

              JAKARTA - Pada tanggal 2 Februari lalu, salah satu peraturan pemerintah pelaksana UU Cipta
              Kerja,  telah  ditandatangani  oleh  Presiden  Joko  Widodo  (Jokowi).  Terdapat  49  Peraturan
              perundang-undangan  yang  sudah  diterbitkan  oleh  pemerintah  dalam  rangka  mendukung
              implementasi UU cipta kerja.

              "Perundang-undangan  tersebut  ada  yang  saling  tekait  satu  sama  lain,  yang  khusus  terkait
              langsung di bidang ketenagakerjaan ada 5 yaitu PP no. 34, 35, 36, 37 dan no 5 tentang Perijinan
              terkait perijinan penempatan, pelatihan dan K3," ujar Dirjen Binwasnaker dan K3 Kementerian
              Ketenagakerjaan (Kemnaker) Haiyani Rumondang dalam Talkshow Virtual bertajuk "Peraruran
              Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 Tentang Pengupahan" di Jakarta, Selasa(2/3/2021).

              "Kami  selaku  instansi  Pembina  khususnya  pembinaan  pengawasan  ketenagakerjaan  dan  K3,
              menganggap perlu sekali untuk melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan tersebut,
              sehingga pengawas ketenagakerjaan, pengusah, pekerja dan pemangku kepentingan lainnya
              dapat mempunyai pemahaman yang sama dan mengimplementasikan sesuai dengan maksud
              dan tujuan dari peraturan perundang-undangan tersebut," jelas Haiyani.

              "Tanpa  reformasi  struktural,  pertumbuhan  ekonomi  akan  melambat.  Pengupahan  salah  satu
              faktor yang memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap dinamika tersebut," terangnya.
              Sebagai informasi, pokok pengaturan pengupahan yang diatur dalam PP no. 36 tahun 2021,
              antara lain:

              1. Upah Minimum ditentukan berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan, Pengusaha
              tetap dilarang membayar upah dibawah upah minimum yang ditetapkan.

              2. Pengusaha wajib menyusun dan menerapkan struktur dan skala Upah di Perusahaan dengan
              memperhatikan kemampuan Perusahaan dan produktivitas.

              3.  Upah  pada  usaha  mikro dan kecil  ditetapkan  berdasarkan  kesepakatan  antara  pengusaha
              dengan pekerja/buruh di perusahaan dengan ketentuan:

              sekurang-kurangnya sebesar 50% (lima puluh persen) dari rata-rata konsumsi masyarakat di
              tingkat provinsi; dan

              nilai  Upah  yang  disepakati  sekurang-kurangnya  25%  (dua  puluh  lima  persen)  di  atas  garis
              kemiskinan di tingkat provinsi.

              4.  Upah  kerja  lembur  wajib  dibayar  oleh  Pengusaha  yang  memperkerjakan  Pekerja/Buruh
              melebihi  waktu  kerja  atau  pada  istirahat  mingguan  atau  diperkerjakan pada  hari  libur  resmi
              sebagai  kompensasi  kepada  Pekerja/Buruh  yang  bersangkutan  sesuai  dengan  ketentuan
              peraturan perundang-undangan.

              5.  Upah  tidak  dibayar  apabila  Pekerja/Buruh  tidak  masuk  kerja  dan/atau  tidak  melakukan
              pekerjaan,  kecuali  jika  pekerja/buruh  berhalangan;  melakukan  kegiatan  lain  di  luar
              pekerjaannya;  menjalankan  hak  waktu  istirahat  atau  cutinya;  atau  bersedia  melakukan
              pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi Pengusaha tidak memperkerjakannya karena kesalahan
              Pengusaha sendiri atau kendala yang seharusnya dapat dihindari Pengusaha.

              6. Dan hal-hal lainnya terkait pelaksanaan pengupahan lainnya.






                                                           211
   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217