Page 336 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 MARET 2021
P. 336

situ dan saat dilakukan penggeledahan ada barang-barang yang terindikasi terkait dengan kasus
              ini
              negative - Sunarwan (Kepala Kejari Purwokerto) Belum ada yang ditahan, baru saksi semua,
              menunggu  semua  alat  bukti  cukup  baru kita  ekspos  semuanya  dan  menentukan  siapa  yang
              bertanggungjawab. Yang pasti pasal 2, pasal 3 undang-undang Tipikor. Nanti kita lihat (hukuman
              mati pengguna dana bantuan COVID-19), ada tidaknya setelah persidangan



              Ringkasan

              Kejaksaan Negeri Purwokerto menyelidiki kasus dugaan korupsi program Jaring Pengamanan
              Sosial  (JPS)  dari  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemnaker)  Republik  Indonesia  di  wilayah
              Kabupaten  Banyumas,  Jawa  Tengah.  Hari  ini  (9/3),  kami  melakukan  pengamanan  atau
              penggeledahan untuk menemukan sebagian barang bukti. Dan dari rumah salah satu (saksi)
              yang  kami  periksa  hari  ini,  berhasil  kami  sita  uang  sebesar  Rp470  juta,  kata  Kepala  Kejari
              Purwokerto Sunarwan saat konferensi pers di Kantor Kejari Purwokerto, Kabupaten Banyumas,
              Selasa (9/3) malam.



              KEJARI PURWOKERTO UNGKAP PENYELEWENGAN RP 1,9 M DANA BANTUAN
              COVID-19
              "Kita melakukan pengamanan atau penggeledahan untuk menemukan barang bukti dari rumah
              salah satu yang kita periksa hari ini. Berhasil kita sita uang sebesar 470 juta dari total bantuan
              Ditjen  Bina  Penta  Kemenaker  untuk  48  kelompok,  dengan  nilai  totoal  semuanya  adalah  Rp
              1.920.000.000  di  mana  masing-masing  kelompok  mendapatkan  40  juta,"  kata  Kepala  Kejari
              Purwokerto Sunarwan, Selasa (9/3/2021) malam.

              Sunarwan mengatakan sebelumnya pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi
              yang  berjumlah  tujuh  orang,  lima  merupakan  kelompok  yang  seharusnya  menerima  uang
              tersebut. Sedangkan dua orang lainnya AM (26) dan MT (37), warga Kecamatan Cilongok diduga
              merupakan orang yang mengambil bantuan uang dari kelompok tersebut.

              Bantuan dari Ditjen Bina Penta Kemenaker ini seharusnya diperuntukkan bagi pemberdayaan
              masyarakat  akibat  COVID-19  dengan  tujuan  pemberdayaan  kelompok,  per  kelompok
              beranggotakan 20 orang agar bisa berusaha dan mendirikan usaha yang mandiri. "Namun uang
              bagi 48 kelompok ini diambil oleh satu orang dan mungkin akan berkembang nantinya, uang itu
              sisanya adalah yang kita ketemukan di sini (Rp 470 juta)," ucapnya.

              Modusnya, pelaku membuat kelompok yang diketahui kades setempat. Kemudian diajukan ke
              Kemenaker  sehingga  ada  verifikasi  dari  pusat  atas  dokumen  dokumen  tersebut.  "AM  ini
              membuatkan semua dokumen kelompok kelompok ini, termasuk cap stempel semuanya. Tapi
              nanti, masih kita dalami lagi," jelasnya.

              Setelah  proposal  diverifikasi  oleh  PPK  di  pusat  dan  kemudian  disetujui  serta  mendapatkan
              rekening, kelompok tersebut langsung mendapatkan uang yang ditransfer ke rekening kelompok.
              Karena  sesuai  petunjuk  teknis,  kelompok  dibuatkan  rekening  oleh  pusat.  Namun  saat  uang
              tersebut sudah berhasil diambil, AM kemudian meminta semua uang tersebut dan dikumpulkan
              oleh AM.

              "Dari  satu  kelompok  setelah  ditransfer  ke  rekening  masing-masing  atas  nama  kelompok,
              kemudian kelompok ini mengambil ke BRI, kemudian di depan BRI sudah menunggu seseorang


                                                           335
   331   332   333   334   335   336   337   338   339   340   341