Page 248 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 OKTOBER 2020
P. 248

BURUH TETAP TOLAK KLASTER KETENAGAKERJAAN UU CIPTA KERJA, KSPI:
              GELOMBANG UNJUK RASA AKAN MEMBESAR
              Serikat buruh tetap menolak pengesahan UU Cipta Kerja oleh Rapat Paripurna DPR RI, Senin
              pekan  lalu.  Mereka  menilai,  isi  pasal-pasal  dalam  klaster  Ketenagakerjaan  di  UU  Cipta  Kerja
              merugikan kepentingan dan masa depan buruh.

              Seperti dinyatakan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal, pihaknya
              tidak akan terlibat dalam pembahasan aturan turunan UU Cipta Kerja.

              Sikap ini sejalan dengan komitmen kaum buruh, yang hingga saat ini menolak omnibus law UU
              Cipta Kerja, khususnya klaster ketenagakerjaan.

              Said menyampaikan, ke depan aksi penolakan omnibus law oleh buruh akan semakin membesar
              dan  bergelombang.  "Buruh  menolak  omnibus  law  UU  Cipta  Kerja."  "Dengan  demikian  tidak
              mungkin buruh menerima peraturan turunannya, apalagi terlibat membahasnya," kata Said lewat
              keterangan tertulis, Kamis (15/10/2020).

              Kalau pemerintah kejar tayang lagi dalam membuat aturan turunannya, lanjut Said Iqbal, ada
              dugaan serikat buruh hanya digunakan sebagai stempel atau alat legitimasi saja.

              Said  juga  menyinggung  sikap  DPR  yang  sempat  menjanjikan  buruh  akan  dilibatkan  dalam
              pembahasan, tetapi terkesan seperti sedang kejar setoran. Said Iqbal mengatakan buruh merasa
              dikhianati.
              "Padahal kami sudah menyerahkan draf sandingan usulan buruh, tetapi masukan yang kami
              sampaikan banyak yang tidak terakomodir." "Tidak benar apa yang dikatakan DPR RI bahwa 80
              persen usulan buruh sudah diadopsi dalam UU Cipta Kerja," ucapnya.

              Said menjelaskan, ada empat langkah yang akan dilakukan buruh dalam menolak UU Cipta Kerja.

              Pertama,  akan  menyiapkan  aksi  lanjutan  secara  terukur  terarah  dan  konstitusional,  baik  di
              daerah maupun aksi secara nasional.

              Kedua, mempersiapkan ke Mahkamah Konstitusi untuk uji formil dan uji materiel.

              Ketiga, meminta legislatif review ke DPR dan eksekutif review ke pemerintah.

              Keempat, melakukan sosialisasi atau kampanye tentang isi dan alasan penolakan omnibus law
              UU Cipta Kerja, khususnya klaster ketenagakerjaan oleh buruh.

              812 Halaman Naskah final Undang-undang Cipta Kerja setebal 812 halaman dikirimkan pihak
              Sekretariat Jenderal DPR ke pemerintah, Rabu (14/10/2020) siang.

              Sekjen DPR Indra Iskandar yang mengantar langsung naskah UU Cipta Kerja kepada Sekretariat
              Negara, untuk diserahkan ke Presiden Joko Widodo.

              "Siang ini jadi saya meluncur ke Setneg untuk menyampaikan itu (UU Cipta Kerja)," kata Indra
              di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/10/2020).

              Indra  mengatakan,  pihaknya  nanti  akan  diterima  langsung  Menteri  Sekretaris  Negara
              (Mensesneg) Pratikno.

              Dia memastikan, tidak ada perubahan substansi dari draf UU Ciptaker yang akan dikirimkan ke
              Jokowi dengan yang disahkan di Rapat Paripurna DPR pada Senin (5/10/2020) lalu.


              Menurut Indra, jumlah halaman naskah UU Cipta Kerja menjadi 812 halaman terjadi karena
              perubahan format kertas yang digunakan.
                                                           247
   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253