Page 263 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 OKTOBER 2020
P. 263

BURUH SIAPKAN AKSI LANJUTAN TOLAK PEMBAHASAN ATURAN TURUNAN

              Serikat buruh menolak adanya pembahasan aturan turunan Undang-undang Cipta Kerja (UU
              Ciptaker). Sebagaimana diketahui, Draf UU Ciptaker telah diserahkan ke Presiden Joko Widodo
              pada Rabu (14/9) kemarin. "Buruh menolak omnibus law UU Cipta Kerja, dengan demikian tidak
              mungkin juga menerima peraturan turunannya, apalagi terlibat membahasnya. Buruh merasa
              dikhianati oleh DPR RI," kata Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal
              saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (15/10).

              Said  Iqbal  mengingatkan,  sejak  awal  pembahasan  RUU  Ciptaker,  buruh  sudah  berulang  kali
              mencoba  melibatkan  diri  dalam  pembahasan  RUU  Ciptaker  di  DPR.  Serikat  buruh  sudah
              menyerahkan draft sandingan usulan buruh.

              Namun,  kata  Said  Iqbal,  aspirasi  itu  tidak  dilanjutkan  oleh  DPR  yang  memilih  ngebut
              menandatangani RUU Cipta Kerja, bahkan mengesahkannya pada 5 Oktober 2020 lalu. "Tidak
              benar apa yang dikatakan DPR RI bahwa 80% usulan buruh sudah diadopsi dalam UU Cipta
              Kerja," kata dia.

              Said Iqbal pun menyatakan, buruh tengah mempersiapkan aksi lanjutan secara terukur terarah
              dan konstitusional. Aksi itu di antaranya judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk uji
              formil dan uji Materiil.
              Serikat buruh juga meminta legislative review ke DPR RI. Di samping itu, serikat buruh juga akan
              melakukan dan sosialisasi kampanye tentang isi dan alasan penolakan omnibus law UU Cipta
              Kerja khususnya klaster ketenagakerjaan oleh buruh.

              Sementara  itu,  Koordinator  Kongres  Aliansi  Serikat  Buruh  Indonesia  (KASBI)  Nining  Elitos
              menegaskan bahwa Fraksi Rakyat Indonesia akan menggelar aksi pada 20 hingga 22 Oktober
              2020 mendatang. Ia menyatakan belum ada rencana menempuh jalur MK. Sebab ia menilai, DPR
              sendiri sudah tidak menempuh jalur hukum saat membuat UU Cipta Kerja.
              "Bukan  rahasia  lagi  undang-undang  yang  keliru  bahkan  tidak  mematuhi  aturan  hukum
              dipaksakan.  Kaum  buruh  dan  rakyat  harus  membangun  persatuan  dan  harus  berjuang
              sekuatnya. Ini semakin menyakinkan di masa sulit ini memantabkan bahwa kekuasaan yang tak
              lagi bisa di percaya," kata Nining pada //Republika.co.id pada Kamis (15/10).
              Sebelumnya, DPR RI telah mengantar draf UU Cipta Kerja ke Istana setelah draf itu mengalami
              bebeapa kali perubahan halaman pascapengesahan pada Senin (5/10) lalu. Ketua DPR RI Puan
              Maharani mendorong pemerintah menggandeng masyarakat, terutama kelompok buruh, dalam
              membahas aturan turunan Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja.

              "Kami  mendorong  pemerintah  untuk  menggandeng  berbagai  kelompok  pekerja  agar  terlibat
              dalam pembahasan aturan turunan Undang-Undang Cipta Kerja. Keterlibatan pekerja dibutuhkan
              untuk memperinci UU Cipta Kerja," kata Puan, Kamis (8/10) lalu.
              Puan mengklaim, DPR RI akan mengawal untuk memastikan bahwa aturan turunan UU Cipta
              Kerja memberikan manfaat yang adil bagi semua  pihak. Aturan turunan yang harus dibahas
              bersama  buruh  di  antaranya  adalah  tentang  pengupahan,  tentang  Jaminan  Kehilangan
              Pekerjaan, tentang pekerja asing, serta tentang hubungan kerja dan waktu kerja. "DPR RI akan
              mengawal untuk memastikan aturan turunan UU Cipta Kerja memberikan manfaat yang adil bagi
              semua," klaim Puan.






                                                           262
   258   259   260   261   262   263   264   265   266   267   268