Page 265 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 OKTOBER 2020
P. 265

BAWA MASSA LEBIH BESAR, KSPI RENCANAKAN AKSI LANJUTAN TOLAK OMNIBUS
              LAW
              Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  atau  KSPI  menyatakan  akan  melakukan  aksi  lanjutan
              dengan jumlah massa buruh lebih banyak dan dilakukan secara bergelombang. Aksi tersebut
              untuk menyampaikan aspirasi mereka yang menolak omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja.

              Kendati  sudah  merencanakan  aksi  lanjutan,  Presiden  KSPI  Said  Iqbal  mengaku  belum
              menentukan kapan aksi akan berlangsung.

              "KSPI belum memutuskan tanggal untuk melakukan aksi lanjutan menolak omnibus law Undang-
              Undang Cipta Kerja," kata Iqbal dihubungi Suara.com, Kamis (15/10/2020).

              Sementara itu dalam keterangan tertulisnya, Said Iqbal mengatakan serikat buruh bakal terus
              menyuarakan penolakan mereka terhadap UU Ciptaker. Pertama melalui aksi lanjutan dengan
              massa lebih banyak, kemudian melalui uji formil dan uji materil di Mahkamah Konstitusi.

              "Ketiga,  meminta  legislatif  review  ke  DPR  RI  dan  eksekutif  review ke  pemerintah.  Keempat,
              melakukan sosialisasi atau kampanye tentang isi dan alasan penolakan omnibus law UU Cipta
              Kerja khususnya klaster ketenagakerjaan oleh buruh," kata Said Iqbal dalam keterangannya,
              Kamis (15/10/2020).

              Sebelumnya,  Said  Iqbal  sekaligus  menegaskan  buruh  tetap  pada  komitmen  mereka  untuk
              menolak Undang-Undang Cipta Kerja. Ia berujar atas dasar itupula, buruh bersikap tidak akan
              terlibat dalam pembahasan peraturan turunan omnibus law.

              "Buruh menolak omnibus law UU Cipta Kerja. Dengan demikian tidak mungkin buruh menerima
              peraturan turunannya. Apalagi terlibat membahasnya," kata Said Iqbal.

              Said Iqbal berpandangan tidak menutup kemungkinan serikat buruh diduga hanya digunakan
              sebagai stemoel atau alat legitimasi, terlebih apabila ke depan pemerintah terkesan kejar tayang
              membuat aguran turunan.

              Hal  itu  ia  katakan  lantaran  berkaca  pada  peristiwa  di  DPR  yang  membuat  buruh  merasa
              dikhianati.  Di  mana  DPR  sempat  menjanjikan  buruh  akan  dilibatkan  dalam  pembahasan  UU
              Ciptaker, tetapi, lanjut Iqbal, pembahasan justru terkesan seperti kejar setoran.

              "Padahal kami sudah menyerahkan draf sandingan usulan buruh, tetapi masukan yang kami
              sampaikan banyak yang tidak terakomodir. Tidak benar apa yang dikatakan DPR RI bahwa 80
              persen usulan buruh sudah diadopsi dalam UU Cipta Kerja," ujar Iqbal.

























                                                           264
   260   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270