Page 308 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 OKTOBER 2020
P. 308

lanjutnya, dalam pengesahannya saat sidang Paripurna yang menurut Drajad Wibowo (ekonom)
              diduga hanya kertas kosong, serta anggota DPR RI yang mengikuti sidang paripurna tersebut
              tidak memegang RUU yang akan disahkan.

              "Bahkan  beredar  info  jumlah  halaman  UU  yang  berubah  ubah,  mulai  905  halaman,  1028
              halaman,  1055  halaman,  1035  halaman,  dan  812  halaman,  sungguh  menggelikan  dan
              memalukan "tontonan" yang disuguhkan DPR RI," ungkapnya.

              Maka KSPI akan mengajukan uji formil ke Mahkamah Konstitusi akibat proses pembuatan UU
              Cipta Kerja yang cacat formil tersebut. Disamping itu, pihaknya juga akan uji materiil UU Cipta
              Kerja.

              "Selain  itu,buruh  juga  akan  melanjutkan  aksi-aksi  yang  terukur,  terarah,  dan  konstitusional
              menolak UU Cipta Kerja," ujarnya.

              Adapun Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin menjelaskan alasan jumlah halaman draf UU Cipta
              Kerja yang berubah-ubah, karena ketentuan margin harus mengikuti standar yang disepakati
              oleh  Undang-Undang  Nomor  12  Tahun  2011  tentang  Pembentukan  Peraturan  Perundang-
              Undangan, maka margin kertas diganti menjadi ukuran Legal.

              "Saya telepon Pak Sekjen, kenapa sudah keluar 1.032 halaman (1.035 halaman). Pak Sekjen
              jawab, Pak (Azis) ini masih draf kasar. Masih diketik dalam posisi kertas, bukan sebagai Legal
              Paper-nya," kata Azis.

              Namun, setelah penyuntingan selesai mengikuti panduan legal oleh Sekjen dan jajaran, jumlah
              halamannya  resminya  kini  812  halaman,  termasuk  di  dalamnya  adalah  penjelasan  UU  Cipta
              Kerja. UU secara resmi hanya 488 halaman.

              Peneliti  Saiful  Mujani  Research  Center  (SMRC),  Saidiman  Achmad  menilai  Undang-Undang
              Omnibus Law Cipta Kerja merupakan rencana besar Joko Widodo sejak awal menjadi Presiden
              Indonesia. Namun omnibus law ini baru didengungkan satu tahun terakhir.

              "Saya percaya ini adalah ide dari Jokowi. Saya kira omnibus law ini bagian dari cita-cita besar
              Pak  Jokowi,"  kata  Saidiman  dalam  Webinar  bertajuk  UU  Cipta  Kerja  dan  Dampaknya  Bagi
              Kepentingan Publik, Jakarta, Selasa (13/10/2020).

              Berdasarkan  teori  yang  dipelajarinya,  ada  tiga  dasar  yang  bisa  mempercepat  transformasi
              pembangunan ekonomi. Pertama aspek infrastruktur sebagai modal utama untuk keluar dari
              jerat  ekonomi.  Dalam  hal  ini  pemerintah  harus  membangun  infrastruktur  mulai  dari  jalan,
              jembatan, tol, pelabuhan hingga bandara.

              "Ini sudah dilakukan di periode pertama, infrastruktur dibangun untuk menggenjot ekonomi,"
              kata Saidiman.
              Kedua,  pembangunan  Sumber  Daya  Manusia  (SDM).  Tak  heran  sejak  awal  periode  kedua,
              Presiden Jokowi mencanangkan 5 tahun ini periode pembangunan SDM melalui perbaikan dan
              inovasi di dalam pendidikan, dan kesehatan yang dilakukan secara serius.

              "Dua faktor ini yang sedang dilakukan di pemerintah," kata dia.

              Namun, dua hal ini kata Saidiman belum cukup. Perlu ada aspek konstitusi yang mendukung
              infrastruktur dan pembangunan SDM. Maka aspek ketiganya konstitusi yang dalam hal berwujud
              undang-undang omnibus law.




                                                           307
   303   304   305   306   307   308   309   310   311   312   313