Page 104 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 OKTOBER 2020
P. 104

Terlepas dari bagaimana sudut pandang negara memperlakukan kaum pekerja melalui beleid
              yang dipercaya bisa menciptakan tenaga kerja, tepat seperti namanya, jaminan sosial menjadi
              tulang punggung bagi para pekerja yang harus menggenjot produktivitas.

              Sebagai  pengganti  tereduksinya  bobot  pesangon  yang  diberikan  oleh  pemberi  kerja,  negara
              menciptakan program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).

              Dari program ini, pemerintah akan memberikan insentif uang tunai, pelatihan kerja, dan akses
              ke pasar tenaga kerja bagi pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Manfaat
              tunai  diberikan  secara  berkala  dengan  tujuan  agar  pekerja  memiliki  bantalan  saat  mencari
              sumber penghasilan baru.

              Ketenagakerjaan akan turut menanggung pembayaran pesangon pekerja yang menerima PHK.
              Badan tersebut akan membayarkan pesangon sebesar enaMKali upah pekerja, sedangkan 19 kali
              upah lainnya dibayarkan pemberi kerja.

              Bobot pesangon yang diatur dalam omnibus law senilai 25 kali upah itu menurun dibandingkan
              dengan ketentuan sebelumnya. Dalam UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, pekerja akan
              mendapatkan pesangon senilai 33 kali upah.

              Adapun,  Menteri  Ketenagakerjaan  Ida  Fauziyah menjelaskan  bahwa  pemerintah  akan  meng-
              gelontorkan dana Rp6 triliun untuk pelaksanaan program JKP pada tahap awal. Dana dari APBN
              itu menjadi alasan pekerja tidak dikenakan iuran tambahan untuk program JKP.

              Program JKP itu akan menambah daftar program yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan.

              Seperti diketahui, saat ini BPJS Ketenagakerjaan telah memiliki empat program.

              Kendati harus melahirkan program baru, Deputi Direktur Bidang Humas dan Antar Lembaga BPJS
              Ketenagakerjaan  memastikan  bahwa  para  peserta  tak  akan  dibebani  tambahan  iuran  untuk
              program JKP.

              Kebutuhan dana program itu akan menggunakan dana anggaran pendapatan dan belanja negara
              (APBN) dan BP Jamsostek akan melakukan rekompo-sisi dana jaminan sosial yang pada tahun
              buku 2019 tercatat Rp428,31 triliun.

              "Atau, bisa juga menggunakan dana operasional BP Jamsostek [senilai Rp 15,84 triliun pada
              2019]," ujar Utoh kepada Bisnis, Rabu (14/10).

              Dia  menjabarkan  teknis  pelaksanaan  program  JKP  dan  manfaatnya  masih  dalam  proses
              pembahasan oleh pemerintah. Hal itu termasuk soal pesangon dan uang penghargaan yang akan
              diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah (PP).

              "Penyusunan  regulasi  terkait  hal  ini  akan  selalu  memperhatikan  ketahanan  dana  dan
              keberlangsungan program jaminan sosial ketenagakerjaan dan tidak mengurangi manfaat bagi
              para peserta," katanya.
              Dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada Agustus 2020, premi bruto asuransi sosial terus
              naik dari posisi terendahnya pada Januari 2020. Menariknya, tak hanya premi bruto yang naik,
              tetapi juga klaim bruto yang juga naik.

              Di  sisi  lain,  jumlah  peserta  justru  menurun  sebagai  imbas  PHK  akibat  perusahaan  yang  tak
              mampu bertahan di tengah pandemi. [Lihat infogmfik)

              menggunakan dana operasional BP Jamsostek [senilai Rp15,84 triliun pada 2019].




                                                           103
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109