Page 266 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 OKTOBER 2020
P. 266

BALEG DPR: UU CIPTA KERJA TAK HANYA SOAL KETENAGAKERJAAN

              Wakil Ketua Badan Legislasi DPR RI, Willy Aditya menegaskan bahwa di dalam Omnibus Law
              atau Undang-Undang Cipta Kerja tidak semata-mara mengatur soal buruh. Di dalam UU tersebut,
              hal utama yang menjadi sorotan adalah kemudahan orang berusaha dan membuka lapangan
              kerja di Tanah Air. Di samping itu UU ini juga bicara petani, masyarakat adat, UMKM, koperasi,
              hingga  digitalisasi  siaran.  Menurutnya,  amat  sayang  dilewatkan  jika  perhatian  publik  hanya
              tertuju pada satu klaster saja.

              "Kesemua  ini  seolah  luput  dari  perhatian  dari  banyak  kalangan,  tertelan  isu  relasi
              ketenagakerjaan tadi," ungkap Willy di Jakarta, Rabu (14/10).

              Pasca disahkan oleh DPR RI pada 5 Oktober 2020 lalu, UU ini mendapat respons beragam dari
              berbagai kalangan ada yang pro ada juga yang kontra, bahkan memicu gelombang demonstrasi
              di berbagai daerah.

              "Sebagai bagian dari dinamika bernegara dan berdemokrasi tentu hal tersebut adalah biasa.
              Kenyataan tersebut justru menunjukkan terjaminnya hak konstitusional warga," ujar Willy.

              Wakil  Ketua  Panja  RUU  Cipta  Kerja  ini  juga  mengungkapkan,  narasi  yang  mencolok  dari
              serangkaian gelombang aksi yang berlangsung sehari setelah disahkan, berfokus pada soal-soal
              relasi ketenagakerjaan dengan pengusaha. Menurutnya itu adalah sebuah tren klasik sekaligus
              klise.

              Namun, lanjut dia inilah yang membuat kaum buruh selalu punya stamina untuk selalu bereaksi.
              Sedari awal, buruh memang telah mendapatkan tempat spesial dalam telaah politis-ideologis
              yang memungkinkan dia selalu ambil bagian dalam dinamika sosial dan politik.

              Beri Perhatian ke Sektor Lain Dia berharap publik juga memberikan perhatian pada hal lain yang
              diatur  dalam  UU  tersebut.  Jika  ditelaah,  UU  Ciptaker  telah  memberikan  dukungan  terhadap
              kemudahan berusaha dan investasi, online single submission (OSS) diakui sebagai upaya untuk
              meringkas dan mempercepat proses perizinan.

              "Perizinan berusaha selalu berbasis risiko. Semakin sedikit persyaratannya maka semakin rendah
              risikonya.  Persoalan  tumpang  tindih  peraturan,  pungli,  pemerasan,  politisasi  perizinan,  dan
              berbagai masalah dalam hal perizinan, diharapkan bisa hilang dengan pengaturan demikian,"
              papar Willy.

              Wakil Ketua Fraksi Partai NasDem ini juga mengatakan bahwa UU Ciptaker memastikan bahwa
              investasi bukan hanya dinikmati oleh usaha-usaha besar melainkan juga UMKM dan koperasi.
              Demikian juga halnya dengan kemudahan usaha bagi sektor riil dan sektor kerakyatan. Dalam
              persoalan agraria, UU Ciptaker juga telah menghilangkan ancaman pidana bagi masyarakat yang
              tinggal turun temurun dalaMKawasan hutan dan beberapa ketentuan yang mempertimbangkan
              hak masyarakat adat.
              "Klausul ini setidaknya telah meminimalisir konflik agraria dan kriminalisasi terhadap masyarakat
              adat yang kerap terjadi di banyak wilayah. Lewat one map policy (OMP), UU ini telah membangun
              kepastian  hukum  terkait  penggunaan  hutan  oleh  masyarakat.  Wujudnya  adalah  adanya
              pengaturan tentang perhutanan sosial, berkenaan dengan status kawasan yang telah terlanjut
              didiami turunmenurun," jelas Willy.

              Dia memaparkan, di sektor teknologi informasi, terus tertundanya digitalisasi siaran di Tanah Air,
              membuat penikmatan terhadap digital deviden, terus tertunda. Pengembangan usaha digital dari
              sisi  konten  maupun  penyelenggara  siaran  pun  terhambat.  Dan  kabar  baik  pun  datang,  UU
              Ciptaker telah memastikan analog switch off (ASO) segera dilakukan, paling lambat dua tahun
              setelah UU ini diundangkan. [idr]
                                                           265
   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271