Page 291 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 OKTOBER 2020
P. 291

Ringkasan

              Kementerian Ketenagakerjaan membantah wacana Undang-Undang Cipta Kerja mempermudah
              proses  pemutusan  hubungan  kerja  (PHK).  Wacana  yang  berkembang  di  masyarakat,  dalam
              regulasi tersebut perusahaan bisa dengan mudah melakukan PHK kapan pun.

              Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan, Dita Indahsari mengatakan tata cara PHK tetap sama.
              Ada beberapa tahapan PHK yang merujuk pada putusan Mahkamah Konstitusi (MK).


              JANGAN SALAH SANGKA, UU CIPTA KERJA TAK ATUR MEKANISME PHK

              Kementerian Ketenagakerjaan membantah wacana Undang-Undang Cipta Kerja mempermudah
              proses  pemutusan  hubungan  kerja  (PHK).  Wacana  yang  berkembang  di  masyarakat,  dalam
              regulasi tersebut perusahaan bisa dengan mudah melakukan PHK kapan pun.

              Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan, Dita Indahsari mengatakan tata cara PHK tetap sama.
              Ada beberapa tahapan PHK yang merujuk pada putusan Mahkamah Konstitusi (MK).

              "Jadi ada 4 layer buat PHK dan ini adopsi dari keputusan MK," kata Dita dalam Webinar bertajuk
              UU Cipta Kerja dan Dampaknya Bagi Kepentingan Publik, Jakarta, Selasa (13/10).

              Dita  menegaskan  aturan  PHK  masih  merujuk  pada  Undang-Undang  Nomor  13  tahun  2003
              tentang  Ketenagakerjaan.  Sebelum  melakukan  PHK,  perusahaan  wajib  memberikan
              pemberitahuan kepada pekerja yang dimaksud.

              Bila pekerja tidak setuju dengan keputusan perusahaan tersebut, maka pekerja boleh melakukan
              perundingan dengan perusahaan. Dalam hal ini, pekerja bisa berunding sendiri atau didampingi
              dengan serikat pekerja. Bila masih belum menemukan kesepakatan, pekerja bisa menghadirkan
              pemerintah dalam hal ini dinas terkait untuk ikut dalam perundingan.

              "Jadi PHK tidak boleh dilakukan secara sepihak. Saat berunding pekerja juga boleh didampingi
              serikat pekerja atau pemerintah," tutur Dita.


              Isu serupa juga terjadi pada tenaga kerja alih daya (outsourcing). Dia membantah pekerja alih
              daya ini akan dipermudah dan merugikan pekerja. Dita menjelaskan hubungan kerja alih daya
              sama saja dengan hubungan kerja lainnya baik itu untuk pekerja kontrak maupun pekerja tetap.

              "Prinsipnya pekerja ini (alih daya) harus tetap dapat hak dasar yang sama, gaji harus sesuai
              upah minimum, wajib BPJS, wajib dapat libur, kerja 8 jam," Dita menjelaskan.

              Sebaliknya,  kelebihan  pengaturan  tenaga  kerja  alih  daya  ini  dalam  UU  Cipta  Kerja  lebih
              diuntungkan.  Sebab,  jika  kontrak  habis  dan  tidak  diperpanjang,  pekerja  akan  mendapatkan
              pesangon sebanyak 1 kali gaji.
              Pemberian pesangon ini kata Dita, sebagai bekal pekerja untuk mendapatkan pekerjaan baru
              lagi. "Kalau dulu aturan ini tidak ada pekerja kontrak tidak dapat pesangon kalau selesai kontrak.
              Sekarang mereka akan mendapatkan pesangon," kata Dita.

              Reporter: Anisyah Al Faqir Sumber: Merdeka. com

              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) memutuskan untuk membuat gugatan melalui jalur
              hukum dalam membatalkan Undang-Undang (UU) Omnibus Law Cipta Kerja.

              Presiden KSPI Said Iqbal menyatakan, ada sejumlah alasan mengapa kelompok buruh bakal
              memproses  UU  Cipta  Kerja  secara  hukum.  Salah  satunya,  aturan  baru  tersebut  dianggap

                                                           290
   286   287   288   289   290   291   292   293   294   295   296