Page 292 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 OKTOBER 2020
P. 292

menguntungkan  perusahaan  dalam  melakukan  aksi  pemutusan  hubungan  kerja  (PHK)
              karyawannya kapanpun secara sepihak.
              "Omnibus law juga mempermudah PHK, sebagaimana terlihat dalam Pasal 154A, khususnya Ayat
              1 huruf (b) dan (i) yang mengatur: Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi karena alasan:
              (huruf  b)  perusahaan  melakukan  efisiensi;  dan  (huruf  i)  pekerja/buruh  mangkir,"  jelasnya
              dalaMKeterangan tertulis, Sabtu (10/10/2020).

              Padahal,  Iqbal  mengatakan,  Mahkamah  Konstitusi  sebelumnya  sudah  memberikan  putusan
              bahwa PHK karena efisiensi hanya bisa dilakukan ketika perusahaan tutup permanen.

              "Dengan pasal ini (154A UU Cipta Kerja), bisa saja perusahaan melakukan PHK dengan alasan
              efisiensi meskipun sedang untung besar," Poin berikutnya yang ia soroti, aksi PHK bisa dilakukan
              dengan alasan buruh mangkir bekerja. Menurut dia, ketentuan tersebut sangat ambigu lantaran
              tidak dijelaskan mangkirnya berapa lama, sehingga bisa hanya 1 hari.

              Iqbal menjelaskan, dalam UU 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, PHK karena mangkir
              hanya bisa dilakukan setelah terjadi 5 hari berturut-turut dan dipanggil minimal 2 kali secara
              tertulis.

              "Adapun permintaan buruh, semua hal yang mengatur mengenai PHK dikembalikan kepada UU
              Nomor 13 Tahun 2003," seru Iqbal.

              Wakil  Ketua  Konfederasi  Persatuan  Buruh  Indonesia  (KPBI),  Jumisih,  mengutarakan  sikap
              kekecewanya kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang telah mengesahkan RUU Cipta Kerja
              menjadi Undang-Undang. Pengesahan tersebut, dianggal terlalu cepat dan sangat merugikan
              buruh di tengah kondisi terjadi sekarang ini.

              "Pasti kami sangat kecewa sekali, kita marah, ingin nangis, ini kekecewaan yang luar biasa buat
              buruh dan pekerja yang masih bekerja di pabrik," kata dia saat dihubungi, Senin (5/10/2020).

              Dia menuturkan, dengan disahkannya UU Cipta Kerja semakin menunjukkan keyakinan bahwa
              sebetulnya pemerintah dan DPR tidak berpihak kepada rakyat. Keduanya, justru berpihak kepada
              pihak-pihak tertentu seperti korporasi dan pemilik modal.

              "Mereka yang punya uang punya kuasa, jadi sebagai negara yang punya cita-cita tetapi secara
              hukum tidak mendapatkan itu dengan diberlakukannya omnibus law," kata dia.

              Menurutnya, sikap DPR hari ini betul-betul tidak mendengarkan aspriasi dari rakyat yang setiap
              menit melakukan upaya untuk menggunakan ruang demokrasi untuk menyampaikan aspirasi.
              "Tetapi betul-betul mengecewakan," singkat dia.

              Dalam pandangannya, kehadiran UU Cipta Kerja akan sangat mengerikan. Sebab UU ini akan
              memberikan ruang yang sangat panjang untuk mengekspoitasi rakyat dan alam.

              "Jadi sebetulnya pemerintah sedang mewariskan kehancuran untuk generasi kita dan generasi
              akan datang. Jadi pemerintah mewariskan bukan kebaikan tapi kehancuran untuk rakyatnya
              sendiri, per hari ini," tandas dia.












                                                           291
   287   288   289   290   291   292   293   294   295   296   297