Page 449 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 OKTOBER 2021
P. 449

Program  pelatihan  dilaksanakan  oleh  lembaga  pelatihan  kerja  (LPK)  milik  pemerintah  pusat,
              daerah, swasta, serta komunitas berdurasi satu hingga 12 bulan dengan metode luring, daring
              dan/atau blended training. "Pelatihan

              vokasi berorientasi pada kebekerjaan baik penempatan di perusahaan ataupun berwirausaha
              serta dalam rangka pening katan produktivitas," kata Ali.

              Ali  menjelaskan,  peserta  pelatihan  kebanyakan  memilih  program  vokasi  atau  kejuruan.  Di
              antaranya teknologi informasi dan komunikasi,

              bisnis  mana  jemen,  elektronika,  otomotif,  listrik,  manufaktur,  teknik  pendingin,  bangunan,
              pengelasan, pariwisata, dan sebagainya. "Seiring perkembangan teknologi digital, akhir-akhir ini
              permin  taan  akan  kompetensi  untuk  sek  tor  digital  dan  kreatif  mengalami  pe ningkatan,"  ia
              mengungkapkan.

              Untuk  menyokong  sektor  digital  kreatif,  Kemnaker  menyelenggarakan  pilot  project  program
              pemagangan virtual pada sektor digital kreatif. Diantaranya pemagangan untuk digital marketer,
              project officer, content creator dan affiliate marketer. "Ini diperuntukkan bagi calon tenaga kerja
              muda  yang  memiliki  kompetensi  di  bidang  digital  kreatif,  sekaligus  mengenalkan  bagaimana
              sistem bekerja dari rumah (working from home)," Ali menjelaskan.

              Pengamat kebijakan publik Bambang Istianto berpendapat, program link and match bukan hal
              yang baru. Kebi jakan ini sudah digagas sejak zaman Orde Baru di masa kepemimpinan Mendik
              bud Wardiman Djojonegoro.

              Di  sisi  lain,  program  tersebut  tidak  berlangsung  mulus  lantaran  pemerintah  tidak  mampu
              mengkoordinasikan semua sektor. Pemerintah menurut Bambang memperbanyak keberadaan
              pendi dik an kejuruan yang disebut dengan vokasi. Kenyataannya, vokasi juga menimbulkan
              persoalan, yakni mislinking and mismatching dengan kebutuhan dunia kerja.

              "Waktu itu tujuannya agar bisa di terima di dunia industri. Faktanya, penyerapan tenaga kerja
              SMK untuk industri tidak terlalu banyak. Cek data BPS (Badan Pusat Statistika) terakhir, berapa
              persen lulusan SMK yang pengangguran," ujar Bambang ketika dihubungi wartawan GATRA M.
              Guruh Nuary pada 24 September lalu.

              Diketahui,  tingkat  pengangguran  keluaran  SMK  berdasarkan  data  BPS  per  Februari  2021
              mencapai dua digit, yakni 11,45% atau sekitar 8,75 juta orang. Angka tersebut melonjak 36%
              di bandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Direktur Eksekutif Center for Public Policy
              Studies (CPPS) Indonesia itu menyatakan, Indonesia harus memaksimalkan bonus demografi
              pada 2030-2040. Di mana jumlah penduduk usia produktif berkisar di usia 15-64 tahun. Karena
              itu, diperlukan pening katan skill dan kemampuan yang sesuai zaman. "Apakah lulusan vokasi
              kita terfasilitasi? Apakah pencari kerja sudah punya kreativitas dan inovasi di bidang TI? Karena
              kita bersentuhan dengan industri 4.0 dan 5.0," pungkas Bambang.

              Andhika Dinata, Ucha Julistian Mone, dan Ryan Puspa Bangsa

              Caption

              Peserta program magang kerja mekanik sepeda motor menyelesaikan perbaikan sepeda motor
              di Lombok Tengah, NTB







                                                           448
   444   445   446   447   448   449   450   451   452   453   454