Page 477 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 OKTOBER 2021
P. 477

PMI BERDAYA, PMI SEJAHTERA

              MANTAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA (PMI) DIDORONG UNTUK MENYIAPKAN MASA DEPAN
              LEBIH  BAIK  KETIKA  KEMBALI  PULANG  KE  TANAH  AIR.  KEMNAKER  GULIRKAN  SEJUMLAH
              PROGRAM PEMBERDAYAAN UNTUK MANTAN PMI.

              Bagi Supami (37), bekerja di luar negeri bukanlah cita-citanya. Namun, warga Dusun Sarip, Desa
              Karangasem, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah (Jateng) ini, menguatkan
              hatinya  untuk  bekerja  sebagai  pekerja  migran  Indonesia  (PMI)  demi  meningkatkan
              perekonomian keluarga.

              Supami sedih dan sempat ragu karena harus meninggalkan suami, Harto, dan anak, Raihan Juli
              Adzakhwan, yang kala itu masih berusia 3,5 tahun. Namun tekad kuat menghalau rasa sedih dan
              ragunya itu. Tepat pada 11 April 2011, perempuan yang akrab disapa Mimie Raihan ini berangkat
              ke Taiwan. Di sana, Supami bekerja sebagai asisten rumah tangga. Ia bekerja untuk sebuah
              keluarga di Kota Tainan dengan gaji sebesar Rp 6 juta per bulan. Beruntung bagi Supami, ia
              bekerja pada keluarga baik dan cukup perhatian kepada dirinya.

              Tak jarang ia diajak jalan-jalan oleh majikannya. Bahkan, ia pernah diajak jalan-jalan ke Makau,
              Cina. "Pengalaman menarik, saya pernah diajak jalan-jalan ke luar negeri ke Makau, lihat Macau
              Tower," ia mengenang. Sikap Supami yang bekerja dengan baik, membuat majikannya cukup
              puas. Tak jarang sang majikan mem beri kan bonus untuknya. Sang majikan juga murah hati.
              Supami diberi bantuan sejumlah uang untuk membeli tanah di kampung. "Bonus sering dikasih.
              Dua kali saya dibantu untuk beli tanah di kampung," ucapnya.

              Setelah tiga tahun mengadu nasib di negeri orang, Supami kembali ke kampung halamannya
              pada April 2014. Dengan modal yang dikumpulkan, ia bersama dengan suaminya mulai merintis
              usaha di kampung. Awalnya, ia membuka usaha pembuatan genteng press dan sudah berjalan
              sampai sekarang. Tak puas hanya membuka usaha pem buatan genteng, ia pernah mencoba be
              ternak  ayam  petelur,  tetapi  dihentikan  ka  rena  hasilnya  kurang  memuaskan.  Lalu  Supami
              membuka  usaha  warung  makan.  Awalnya  berjualan  di  depan  rumah,  karena  usaha  warung
              makannya makin berkembang, ia pun menyewa kios yang tidak jauh dari rumah.

              "Usaha pembuatan genteng press saat ini cukup berkembang dan sudah ada beberapa orang
              yang mengurus. Usa ha warung makan sudah jalan dua tahun. Saya di sekitar rumah saja buka
              la pangan kerja. Pegawai yang mengurus warung makan tiga orang," tuturnya.
              Meski sudah memiliki sejumlah usaha, Supami mengaku masih berencana untuk membuka usaha
              lain, yakni salon kecantikan. "Rencana mau buka salon kecantikan dan saya sudah ikut kursus.
              Insyaallah dalam waktu dekat bisa terealisasi," ucapnya.

              Dari  berbagai  usahanya  itu,  Supami  sudah  mampu  meningkatkan  per  ekonomian  keluarga
              dengan sangat baik. Apa yang ia dapatkan saat ini tidak lepas dari kerja kerasnya seba gai PMI.
              Ia  mengakui,  tak  jarang  mendapatkan  godaan  selama  bekerja  di  Taiwan.  Namun  godaan
              tersebut disingkirkannya karena fokus dengan tujuan utama, yakni mengubah nasib.
              Supami mengatakan, tak sedikit rekan-rekannya yang sesama PMI, pulang ke Tanah Air tanpa
              membawa apa-apa. Mereka tergoda menghabiskan uang untuk berfoya-foya dengan membeli
              berbagai barang yang tidak bermanfaat.

              "Fokus dengan tujuan utama kita mengubah nasib di negeri orang. Jangan hanya buat foya-foya
              dan lupa bahwa di negara kita cari uang susah, ka rena kita selamanya di luar negeri. Ingat, ada
              anak yang butuh masa depan yang layak, butuh uang sekolah ke de pannya," Supami memberi
              nasihat.


                                                           476
   472   473   474   475   476   477   478   479   480   481   482