Page 473 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 OKTOBER 2021
P. 473

Melemahnya bisnis akhirnya memaksa perusahaan untuk tidak bisa maksimal dalam memenuhi
              hak-hak pekerja.
              "Kalau 2021 ini memang karena masalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi hak-hak
              pekerja karena melemahnya aktvitas bisnis," Indah menjelaskan.

              Dalam catatan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), kurang-lebih 5 juta pekerja
              formal yang terkena PHK sejak pertengahan 2020 hingga pertengahan 2021.

              "Itu tidak kurang dari 5 jutaan buruh yang ter-PHK. Angka yang saya sebutkan adalah buruh
              formal  ya,"  ungkap  Presiden  FSPMI,  Riden  Hatam  Aziz,  melalui  sambungan  telepon  kepada
              wartawan GATRA Farid Nurhakim. Menurut Riden, ada dua jenis soal buruh yang ter-PHK.

              Pertama adalah karyawan kontrak yang tak di perpanjang. Kedua yaitu karyawan tetap yang
              memang  didorong  untuk  pensiun  secepatnya.  Bahkan,  ada  juga  yang  di-PHK  akibat  kondisi
              perusahaan yang betul-betul jeblok ordernya.

              "Pandemi ini sangat luar biasa, serikat saya sudah kehilangan sekitar 20 ribuan anggota," kata
              Riden.

              Soal  PHK,  Riden  mengatakan,  juga  memicu  salah  satu  munculnya  perselisihan  hubungan
              industrial. Untuk kasus sengketa, FSPMI sejauh ini sudah tangani atau dampingi puluhan kasus.

              Wilayahnya, mulai Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Batam dan
              Kepulauan Riau. Namun, mayoritas kasus sengketa berada di Pulau Jawa.

              Menurutnya,  perusahaan-perusahaan  yang  bersengketa  itu  tentu  mereka  memakai  teori
              ekonomi atau dalam artian mereka menginginkan modal sekecil-kecilnya tapi untung sebesar-
              besarnya.

              Meski  demikian,  Riden  mengatakan,  pemerintah  harus  ikut  mengawal  agar  tidak  terjadi
              sengketa.
              "Pemerintah harus hadir, negara harus hadir. Dengan cara apa, memfasilitasi terkait dengan
              kesulitan-kesulitan dari pihak perusahaan tadi," ujar Riden.

              Pihak  serikat  pekerja  juga  memin  ta  kepada  pemerintah  agar  dapat  memberikan  berbagai
              insentif, seperti insentif pajak dan insentif kemudahan untuk perizinan bagi perusahaan.

              Untuk para pekerja atau para buruh yang terdampak akibat pandemi virus corona, perlu juga
              ada Bantuan Subsidi Upah (BSU), yang sudah dijalankan. Riden pun mengatakan perlu ada nya
              komunikasi dan membangun kepercayaan antar kedua belah pi hak, yakni serikat pekerja di
              tingkat perusahaan dengan manajemennya guna mengatasi perselisihan hubungan industrial.

              Terhadap  Keputusan  Menteri  Ketenagakerjaan  (Kepmenaker)  Republik  Indonesia  Nomor  104
              Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Hubungan Kerja Selama Masa Pandemi Coronavirus
              Disease 2019 (Covid-19), Riden mengaku mendukung beleid tersebut.

              Akan  tetapi  meskipun  pemerintah  sudah  beritikad  baik  lewat  Kepmenaker  tersebut,  ia
              mengatakan pengusaha masih ada yang berpikir sepihak. Riden pun mengimbau kepada pihak
              pengusaha agar dapat membangun kepercayaan terhadap para pekerjanya.

              "Dalam situasi sulit seperti sekarang, sinergitas dan koordinasi di dalam itu jauh lebih penting.
              Agar nanti kalau sengketa itu tidak naik ke permukaan, baik itu ke disnaker bahkan sampai ke
              Pengadilan  Hubungan  Industrial,  tentu  cost  yang  dikeluarkan  juga  akan  lebih  banyak,"  ia
              menerangkan.

                                                           472
   468   469   470   471   472   473   474   475   476   477   478