Page 22 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 NOVEMBER 2020
P. 22

PROGRAM JKK PALING BERPELUANG DI REKOMPOSISI UNTUK PENDANAAN JKP

              Iuran Program Jaminan Kehilangan Peketjaan GKP) dipastikan tidak berasal dari pekerja/buruh
              dan tanpa mengurangi manfaat program jaminan sosial lainnya. Adapun rekomposisi Program
              Jaminan  Kecelakaan  Kerja  (JKK)  disebut  paling  memungkinkan  sebagai  salah  satu  sumber
              pendanaan JKP.

              Undang-Undang Nomor 11/2020 tentang Cipta Kerja mengamanatkan tiga sumber pendanaan
              bagi program JKP, yakni modal awal dari pemerintah sebesar Rp 6 triliun, rekomposisi iuran dari
              program jaminan sosial lainnya, dan/atau dana operasional Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
              Ketenagakerjaan (BP Jamsostek).

              Masukan  tentang  penggunaan  dari  masing-masing  sumber  dana  itu  banyak  bermunculan.
              Ketentuan  teknis pun  kini  sedang diramu  pemerintah.  Dalam  hal  ini,  Deputi  Direktur  Bidang
              Project Management Office BP Jamsostek Romie Erfianto menerangkan, opsi pendanaan dari
              rekomposisi iuran dari jaminan sosial lainnya
              Dia  menjelaskan,  saat  ini  pembiayaan  dibebankan  pada  pemberi  kerja  dan  kontribusi
              pemerintah. Rekomposisi iuran tidak berasal dari pekerja/buruh dan tanpa mengurangi manfaat
              program  jaminan  sosial  lainnya  yang  menjadi  hak  pekerja/buruh.  Oleh  karena  itu,  sumber
              pendanaan melalui rekomposisi iuran program jaminan sosial lainnya akan dirasionalisasi.
              "Yang paling memungkinkan dari empat program jaminan sosial (sebagai pendanaan) JKP adalah
              rekomposisi  iuran  dari  program  JKK.  Karena  JKK  sendiri  rasio  klaimnya  masih  rendah  dan
              kemudian  pemberi  kerja  berdasarkan  risiko,  iurannya  mulai  dari  0,24%-1,74%. Manfaat  JKK
              akan tetap sama, tinggal rate-nya yang di rekomposisi. Untuk saat ini desain rekomposisi iuran
              kami tetapkan untuk menggunakan JKK," terang Romie pada webinar berjudul Kupas Tuntas
              Omnibus Law Cipta Kerja Jaminan Kehilangan Pekerjaan, Minggu (29/10).

              Adapun data BP Jamsostek terkait rasio klaim JKK memang tercatat relatif rendah tapi tercatat
              terus meningkat. Pada 2017, iuran yang dikumpulkan mencapai Rp 4,64 triliun dengan klaim
              sebesar Rp 971,95 miliar. Rasio klaim JKK tahun 2017 tercatat 20,90%.

              Berlanjut pada 2018, total iuran yang berhasil dihimpun menjadi Rp 5,32 triliun dengan klaim
              mencapai Rp 1,22 triliun. Sehingga rasio klaim JKK tahun 2018 menjadi 23,04%. Untuk tahun
              2020, rasio klaim meningkat menjadi 26,60%. Ketika itu iuran mencapai Rp 5,92 triliun dan klaim
              yang dibayarkan sebesar Rp 1,57 triliun.

              Lebih lanjut, Romie menjabarkan alasan tiga program lainnya tidak cocok untuk di rekomposisi
              sebagai sumber pendanaan program JKP. Menurut telaahnya, pada program jaminan hari tua
              (JHT) pemberi kerja harus membayarkan iuran sebesar 3,7% dan iuran oleh pekerja sebesar
              2%. Program itu bertujuan menjamin peserta dan dapat menerima uang tunai apabila memasuki
              masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Program JHT sendiri memiliki
              hasil pengembangan.

              "Kalau  ini  diambil  mengurangi  JHT,  maka  dampaknya  mengurangi  hasil  pengembangannya.
              Karena JHT ini kumpulan dari iuran beserta imbal hasil, kalau diambil maka akan mengurangi
              manfaat, ini tidak mungkin kami lakukan," ujar dia.

              Penilaian  serupa  juga  disampaikan  pada  program  jaminan  pensiun  (JP),  salah  satu
              pertimbangannya adalah karena persentase iuran masih relatif kecil. Iuran pemberi kerja sebesar
              2% dan pekerja sebesar 1%. BP Jamsostek selalu melakukan review untuk menaikkan porsi
              iuran sebagai upaya mendorong kehidupan lebih baik peserta di masa mendatang. Program ini
              juga dianggap kurang memadai untuk di rekomposisi karena kebijakan rutinitas menaikan iuran
              setiap tahun.


                                                           21
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27