Page 89 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 JUNI 2021
P. 89

"Pemerintah  serius  dan  tegas  dalam  melakukan  berbagai  upaya  konkret  untuk  mengurangi
              pekerja anak di Indonesia," ujar Menaker Ida dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta,
              Rabu.

              Wujud komitmen itu ditandai dengan ratifikasi Konvensi ILO Nomor 138 dan Nomor 182 dengan
              Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 dan Undang-Undan Nomor 1 Tahun 2000.

              Selain  itu,  pemerintah  memasukkan  substansi  teknis  kedua  yang  ada  dalam  konvensi  ILO
              tersebut ke dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan.

              Menaker Ida menambahkan, pemerintah telah menyusun Rencana Aksi Nasional Penghapusan
              Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (RAN-PBPTA) melalui Keputusan Presiden Nomor
              59 Tahun 2002. RAN-PBPTA ini sebagai acuan dalam penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan
              terburuk untuk anak tersebut.

              "Kita telah selesai melaksanakan RAN-PBPTA Tahap I dan Tahap II. Untuk saat ini kita sedang
              melaksanakan RAN-PBPTA Tahap III," ujarnya saat menjadi pembicara kunci dalam webinar
              nasional tentang "Pencegahan dan Perlindungan Pekerja Anak di Indonesia", Rabu.

              Dalam menghapus bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak, ia menyampaikan Kemenaker
              telah melakukan lima upaya nyata.

              Pertama,  meningkatkan  pemahaman  melalui  sosialisasi  kepada  dunia  usaha  dan  masyarakat
              tentang bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk Anak.
              Kedua,  melakukan  upaya  pencegahan  dan  penghapusan  pekerja  anak  dari  BPTA  melalui
              berbagai program antara lain Program Zona/ kawasan Bebas 8 Pekerja Anak, dan Kampanye
              Menentang Pekerja Anak.

              Ketiga, pada tahun 2008 hingga 2020, Kemenaker telah melaksanakan Program Pengurangan
              Pekerja Anak dan telah berhasil menarik pekerja anak dari tempat kerja sebanyak 143.456 anak.

              Menurutnya, tujuan program ini guna mengurangi jumlah pekerja anak dari rumah tangga miskin
              (RTM) yang putus sekolah untuk ditarik dari tempat kerja melalui pendampingan di selter dalam
              rangka memotivasi dan mempersiapkan anak kembali ke dunia pendidikan.

              "Program ini dapat berhasil dengan didukung oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun non
              pemerintah, termasuk masyarakat," kata Menaker.

              Keempat, penguatan kapasitas penegak hukum norma Pekerja Anak dan BPTA melalui perluasan
              pendidikan dan pelatihan, seperti Bimtek pengawasan norma kerja anak Kelima, pelaksanaan
              kebijakan  untuk  pencegahan  dan  penanggulangan  Pekerja  Anak  dan  BPTA  baik  secara  pre-
              emptif,  preventif  dan  represif  oleh  Pengawas  Ketenagakerjaan  melalui  sosialisasi  kepada
              stakeholder, pemeriksaan ke perusahaan yang diduga mempekerjakan anak dan penyidikan.

              "Semua langkah yang diambil tersebut mencerminkan kerja sama dan sinergi dengan unsur-
              unsur pentahelix yang ada dan akan terus semakin ditingkatkan di masa depan," ujarnya.

              Ia juga mengemukakan bahwa salah satu langkah sinergi pentahelix yang akan dilaksanakan
              dalam  Mencegah  Pekerja  Anak  Indonesia,  yaitu  Kemenaker  bekerja  sama  dengan  berbagai
              pihak, terutama dunia usaha untuk melaksanakan Pencanangan Indonesia Bebas Pekerja Anak
              Tahun 2022 di Karawang International Industry City (KIIC), Modern Cikande 10 Industrial Estate
              (MCIE) di Karawang.

              Kemudian, Kawasan Industri Makasar (KIMA), Modern Cikande Estate (MCIE) di Banten, dan
              Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC) di Banten.*.


                                                           88
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94