Page 335 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 1 NOVEMBER 2021
P. 335

pengusaha juga meminta agar kepala daerah tidak diintervensi saat menetapkan UMP 2022 oleh
              buruh.


              JELANG UMP 2022 DIKETOK, PENGUSAHA WANTI-WANTI PARA GUBERNUR!

              Jakarta, - Jelang Penetapan upah minimum provinsi (UMP) tahun 2022 masih terus memanas
              antara  buruh  dan  pengusaha.  Kalangan  buruh  meminta  adanya  kenaikan  sebesar  10%,
              sementara di sisi pengusaha lebih memilih menunggu adanya keputusan dari pemerintah pusat.
              Di sisi lain, pengusaha juga meminta agar kepala daerah tidak diintervensi saat menetapkan UMP
              2022 oleh buruh.

              "Kita imbau kiranya dalam penetapan upah minimum nanti mohon maaf untuk Bapak Gubernur
              tidak diintervensi oleh pihak manapun, karena Gubernur yang menetapkan upah provinsi dan
              kabupaten  kota  dan  saya  kira  ini  penting,"  kata  Wakil  Ketua  Umum  Kadin  bidang
              Ketenagakerjaan Adi Mahfudz kepada  Jumat (29/10/21).

              Penetapan UMP memang berada di tangan gubernur, baik untuk tingkat provinsi, kota maupun
              kabupaten. Berkaca pada tahun lalu, beberapa gubernur ternyata menaikkan Upah minimum di
              wilayahnya,  misalnya  Gubernur  Jawa  Tengah  Ganjar  Pranowo  juga  menaikkan  UMP  2021
              menjadi  Rp  1.798.979  atau  naik  sebesar  3,27  persen  dari  besaran  UMP  tahun  sebelumnya
              sebesar Rp 1.742.015.

              Kemudian Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, meskipun tidak menaikkan UMP, namun UMK di
              beberapa wilayah kabupaten dan kota ternyata naik. Misalnya UMK Kota Bekasi yang naik 4,21
              persen menjadi Rp4,78 juta. Nilai ini naik dari upah tahun 2020 sebesar Rp4,58 juta. Padahal
              pemerintah pusat sudah memberikan surat edaran tak ada kenaikan.

              "Pemda atau Gubernur menetapkan sendiri tanpa mengacu pada regulasi menurut saya mohon
              maaf,  sangat  memberatkan  dan  berdampak  pada  acuan  pengupahan  ekonomi  nasional.
              Seharusnya Pak Gubernur tetap. Kita sudah sepakat bersama, kita ada regulasi bahwa produk
              regulasi itu berdasar tripartit, pemerintah, pengusaha dan pekerja," ujarnya.

              Adi meminta Gubernur lebih arief dan bijaksana. Ia menyadari bahwa ada kalanya deal-deal
              tertentu yang bisa menjadi boncengan ke arah politik, namun perlu ada komunikasi dengan
              berbagai pihak.

              "Ini harus melihat proporsionalitas secara menyeluruh," ungkapnya.

              Pengusaha-Buruh Kembali Tak Akur Pengusaha menilai tuntutan kenaikan UMP 10% pada 2022
              oleh buruh terlalu berlebihan karena tidak sesuai dengan regulasi perhitungan pemerintah.

              "Karena covid - 19 ini ada ketidakpastian sehingga teman serikat pekerja tolong mengerti kondisi
              sekarang jangan menuntut berlebihan karena mengganggu psikologi pengusaha," jelas Wakil
              Ketua  Umum  Bidang  Pengembangan  Otonomi  Daerah  Kadin,  Sarman  Simanjorang  kepada
              Menurut Sarman penetapan kenaikan UMP 2022 harus mengikuti formulasi yang berdasarkan
              Peraturan Pemerintah (PP) nomor 36 tahun 2021 tentang Pengupahan sebagai turunan dari UU
              Ciptakerja.

              Lantas berapa angka yang diinginkan pengusaha? Sarman menjelaskan Untuk kenaikan UMP
              2022  mendatang  akan  ditetapkan  oleh  pemerintah  berdasarkan  perhitungan  baru.  Dengan
              menambahkan variabel perhitungan pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan hasil data BPS seperti
              konsumsi rumah tangga.



                                                           334
   330   331   332   333   334   335   336   337   338   339   340