Page 12 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 12

neutral - Frans Kongi (Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia) Sayaoptimistis, UU Omnibus Law
              yang  akan  disahkan  bisa  meningkatkan  investasi  secara  signifikan  di  negara  kita  dan
              pertumbuhan ekonomi akan positif dan terus naik



              Ringkasan

              Buruh Ancam Mogok Nasional bila RUU Cipta Kerja Disahkan. Paling tidak, ada tujuh poin dalam
              Omnibus Law Cipta Kerja yang dinilai merugikan pekerja/buruh. Poin-poin itu mulai dari jam
              kerja yang eksploitatif, penentuan besaran upah, hingga pengurangan nilai pesangon.



              TUJUH POIN RUGIKAN PEKERJA

              Buruh Ancam Mogok Nasional bila RUU Cipta Kerja Disahkan. Paling tidak, ada tujuh poin dalam
              Omnibus Law Cipta Kerja yang dinilai merugikan pekerja/buruh. Poin-poin itu mulai dari jam
              kerja yang eksploitatif, penentuan besaran upah, hingga pengurangan nilai pesangon.

              Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyatakan, pihaknya menolak
              tujuh poin kesepakatan antara Badan Legislasi (Baleg) DPR dan pemerintah untuk dimuat di
              dalam RUU Omnibus Law RUU Cipta Kerja (RUU Cipta Kerja). Buruh juga mengancam menggelar
              aksi mogok nasional.

              "Buruh  menolak  keras  dan  tidak  menyetujui  hasil  kesepakatan  tersebut,"  kata  Said,  Minggu
              (4/10).

              Dia  pun  menguraikan  poin-poin  yang  ditolak.  Pertama  penghapusan  upah  minimum
              kota/kabupaten  (UMK) bersyarat dan  upah  minimum  sektoral  kota/kabupaten  (UMSK).  UMK,
              menurut  Said,  tidak  perlu  diberikan  syarat  karena  nilai  UMK  yang  ditetapkan  di  setiap
              kota/kabupaten berbeda-beda.
              Dia menganggap keliru pernyataan yang menyebutkan UMK di Indonesia lebih mahal dibanding
              negara lain di Asia Tenggara. "Kalau diambil rata-rata secara nasional, justru UMK di Indonesia
              jauh lebih kecil dari upah minimum di Vietnam," tutur Said

              Dia juga meminta UMSK tetap dipertahankan demi keadilan. Dia juga memberikan solusi agar
              penetapan  nilai  kenaikan  dan  jenis  industri  yang  mendapatkan  UMSK  dilakukan  di  tingkat
              nasional.  "Jadi  UMSK  tidak  lagi  diputuskan  di  tingkat  daerah  dan  tidak  semua  indusui
              mendapatkan UMSK, agar ada keadilan." ucap dia.

              Hal kedua yang ditolak, pengurangan nilai pesangon dari 32 bulan upah menjadi 25 bulan, yaitu
              19 bulan dibayar pengusaha dan enam bulan dibayar BPJS Ketenagakerjaan.

              Pihaknya juga menolak soal perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT). Menurutnya, buruh menolak
              pasal yang menyatakan tidak ada batas waktu kontrak atau kontrak seumur hidup.

              Poin keempat, karyawan kontrak dan outsourcing seumur hidup akan menjadi masalah serius
              bagi buruh. Said mempertanyakan pihak yang akan membayar jaminan kehilangan pekerjaan
              (JKP) untuk karyawan kontrak dan outsourcing.

              'Tidak mungkin buruh membayar kompensasi untuk dirinya sendiri dengan membayar iuran JKP."
              tandasnya

              Poin kelima buruh menolak jam kerja yang eksploitatif. Keenam, buruh menolak penghilangan
              hak cuti dan hak upah atas cuti. Menurutnya dalam draf RUU Omnibus Law Ciptaker yang telah

                                                           11
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17