Page 585 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 585

7 PERUBAHAN ATURAN BAGI PEKERJA DI OMNIBUS LAW, DI ANTARANYA
              PESANGON DAN UPAH
              Jakarta  - Pembahasan Rancangan Undang-Undang  Omnibus Law  Cipta Kerja atau RUU Cipta
              Kerja memasuki tahap final. Terakhir pada Senin, 28 September 2020, rapat panitia kerja antar
              Badan Legislasi (Baleg) DPR dan pemerintah telah menyelesaikan seluruh pembahasan lebih dari
              7.000 Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) pada RUU ini.

              Ketua Baleg DPR dari Fraksi Partai Gerindra Supratman Andi Agtas mengakui tidak 100 persen
              masukan dari berbagai pihak bisa terakomodir. Tapi dalam hitungannya, mungkin sudah bisa
              mencapai 90 persen.

              "Oleh karena itu, saya sekali lagi menyampaikan permohonan maaf," kata Supratman dikutip
              dari akun youtube resmi DPR RI pada Kamis, 1 Oktober 2020.

              Dalam RUU ini, salah satu yang menjadi pembahasan utama ada pada kluster ketenagakerjaan.
              Dalam rapat panitia kerja pada Sabtu, 26 September 2020, Staf Ahli Kementerian Koordinator
              Bidang  Perekonomian  yang  menjadi  perwakilan  pemerintah,  telah  menjabarkan  7  substansi
              pokok perubahan UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam RUU Cipta Kerja.

              Tempo    mencatat  sejumlah  substansi  yang  sudah  disetujui  di  rapat  panitia  kerja  seperti
              pesangon.  Lalu  ada  juga  substansi  lain  yang  disoroti  oleh  akademisi,  kelebihan  dan
              kekurangannya.

              Berikut rincian dari 7 substansi tersebut:  1. Pesangon  Dalam UU Ketenagakerjaan, aturan soal
              pesangon  PHK yang sebanyak 32 kali upah dinilai sangat memberatkan pelaku usaha. Sehingga,
              mengurangi minat investor untuk berinvestasi.

              Dalam  RUU  Cipta  Kerja,  ada  penyesuaian  perhitungan  besaran  pesangon.  Di  dalamnya,
              pemerintah menambah program baru yaitu Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JPK).

              Sebelum mengusulkan perubahan ini, Kementerian Ketenagakerjaan telah mendata pembayaran
              pesangon di tahun 2019. Hasilnya, dari 539 persetujuan bersama (PB) untuk pesangon, hanya
              27 persen saja yang sesuai ketentuan. Sebanyak 73 persen terjadi tidak sesuai ketentuan.

              Dalam  perkembangan  terakhir,  panitia  kerja  sepakat  bahwa  pesangon  32  kali  ini  dihapus.
              Sebagai gantinya akan ada sistem campuran, 23 akan ditanggung perusahaan dan 9 ditanggung
              pemerintah "Dalam bentuk jaminan kehilangan pekerjaan," kata Wakil Ketua Baleg DPR Achmad
              Baidowi selepas rapat panitia kerja pada 28 September 2020.

              Tapi jauh sebelum pembahasan RUU Cipta Kerja ini, masalah pesangon juga pernah disoroti oleh
              ekonom  senior  Universitas  Indonesia  (UI)  Chatib  Basri.  Menurut  Chatib,  Foreign  Direct
              Investment  (FDI)  atau  investasi  asing  langsung  lebih  menyasar  Vietnam,  dibandingkan
              Indonesia. "Vietnam itu, pesangonnya setengah kali Indonesia," kata dia, 23 Juli 2019.

              2. Upah Minimum  Dalam UU Ketenagakerjaan,  upah minimum  dapat ditangguhkan. Sehingga,
              banyak pekerja atau buruh yang dapat menerima upah di bawah upah minimum. Peraturan upah
              minimum juga tidak dapat diterapkan pada usaha kecil dan mikro.

              Kemudian, kenaikan formula upah minimum menggunakan inflasi dan pertumbuhan ekonomi
              nasional. Selanjutnya, kesenjangan upah minimum karena di beberapa kabupaten atau kota,
              tingkat upah minimum sudah sangat tinggi.
              Dalam  RUU  Cipta  Kerja,  upah  minimum  tidak  dapat  ditangguhkan.  Kenaikan  upah  minimum
              menggunakan formulasi pertumbuhan ekonomi daerah dan produktivitas.



                                                           584
   580   581   582   583   584   585   586   587   588   589   590