Page 587 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 587

Hanri  kemudian  menjelaskan  praktik  pelaksanaan  Unemployment  Insurance  di  negara  lain.
              Pertama  adalah  Amerika  Serikat.  Beda  dengan  Indonesia,  Amerika  tidak  mengatur  besaran
              pesangon untuk pekerja.

              Tapi, mereka punya aplikasi Unemployment Insurance. Para korban PHK tinggal memasukkan
              data di dalamnya seperti penghasilan selama 52 minggu terakhir. Di masa Covid-19 ini, mereka
              pun bakal dapat tunjangan US$ 600 per minggu.

              Kedua di Malaysia, yang dimulai pada 1 Januari 2018 dan dikelola oleh Pertubuhan Keselamatan
              Sosial atau SOCSO. Di sana, korban PHK bisa mendapatkan tunjangan selama 6 bulan dengan
              besaran 80 persen dari gaji terakhir. Semakin lama, besarannya akan berkurang, agar korban
              PHK ini bisa segera mencari pekerjaan baru.

              4. Pekerja Kontrak  Dalam UU Ketenagakerjaan, pekerja kontrak yang berstatus Perjanjian Kerja
              Waktu Tertentu (PKWT) belum diberikan perlindungan yang sama, seperti halnya pekerja tetap.

              Selain itu, Dalam Pasal 59 Ayat 1 UU Ketenagakerjaan, status PKWT hanya dapat dibuat untuk
              pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam
              waktu tertentu.

              Dalam RUU Cipta Kerja, pekerja kontrak akan diberikan hak dan perlindungan yang sama dengan
              pekerja tetap. Antara lain dalam hal upah hingga jaminan sosial. Pengaturan ini terjadi karena
              revolusi industri 4.0 membuat lahirnya pekerja baru yang bersifat kontrak.

              Adapun di RUU Cipta Kerja, Pasal 59 INI dihapus. Ini yang juga disoroti oleh peneliti IDEAS Askar
              Muhammad. "Berpotensi menghasilkan PKWT yang tanpa batas, kontrak terus," kata dia.

              Menurut Askar, ini akan menjadi masalah karena menghilangkan kepastian kerja. Ia mengutip
              data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2019, di mana ada sekitar 7,8 juta pekerja yang
              berhenti bekerja.

              Ternyata, sebagian besar mereka berhenti bekerja karena masa kontraknya sudah habis, yaitu
              mencapai 2,2 juta orang. Lalu yang berhenti karena pendapatan kurang sebesar 1,5 juta.

              Selanjutnya  yang  berhenti  karena  pekerjaan  tidak  cocok  sebesar  1,1  juta.  Kemudian  yang
              mengurus rumah tangga sebesar 700 ribu. Terakhir yang berhenti karena PHK sebesar 500 ribu
              orang.

              5. Waktu Kerja  Dalam UU Ketenagakerjaan, waktu kerja ditetapkan secara rigid yaitu 7 jam per
              hari dan 40 jam per minggu (untuk 6 hari kerja). Lalu, 8 jam per hari dan 40 jam per minggu
              (untuk 5 hari kerja).

              Dalam RUU Cipta Kerja, aturan 5 dan 6 jam ini dihapus. Hanya ada ketentuan waktu kerja paling
              lama 8 jam per hari dan 40 jam per minggu.

              Ini terjadi karena ada pekerjaan khusus yang waktunya dapat kurang dari 8 jam, seperti pekerja
              paruh waktu dan pekerja digital. Maupun sebaliknya, pekerjaan di atas 8 jam seperti minyak dan
              gas, pertambangan, perkebunan, pertanian, dan perikanan.

              6. Tenaga Kerja Asing  Dalam UU Ketenagakerjaan, Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing
              (RPTKA)  wajib  bagi  semua  TKA.  Kondisi  ini  dinilai  menghambat  masuknya  TKA  ahli  yang
              diperlukan  dalam  keadaan  mendesak  (darurat).  Sehingga,  ini  menghambat  masuknya  calon
              investor.

              Dalam RUU Cipta Kerja, ada kemudahan RPTKA untuk TKA ahli yang memang diperlukan untuk
              kondisi tertentu. Contohnya untuk maintenance (darurat), vokasi, peneliti, hingga investor.


                                                           586
   582   583   584   585   586   587   588   589   590   591   592