Page 139 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 MARET 2021
P. 139
SETAHUN PANDEMI: DARI JUALAN SATE TAICHAN HINGGA MEMBONGKAR "BPJS"
Kabar itu datang bak petir di siang bolong. Tiba-tiba Bagas Pratama menerima surat PHK
(pemutusan hubungan kerja) dari perusahaannya. Pemuda 23 tahun itu bekerja sebagai staf
operasional di sebuah bioskop di Pluit, Jakarta Utara. Tanggal 30 Desember 2020 jadi hari kerja
terakhir setelah dia bergabung di perusahaan itu selama tiga tahun.
Bagas Pratama hanya satu dari 2,59 juta pekerja yang di-PHK akibat pandemi Covid-19 . Data
PHK ini berasal dari Badan Pusat Statistik. Pandemi Covid-19 memang telah menghancurkan
perekonomian Indonesia. Banyak perusahaan yang tutup atau mengurangi produksi akibat
pembatasan sosial yang kemudian membuat permintaan turun.
Dampak berikutnya adalah pemangkasan karyawan atau merumahkannya dengan pemotongan
gaji. Sebelum PHK, perusahaan Bagas sudah memotong upahnya separuh. "Saat itu saya belum
melamar ke mana pun karena panggilan kerja buat interview tuh 1-2 bulan," kata Bagas kepada
Lokadata.id .
Pemutusan hubungan kerja tersebut kian memperburuk kondisi finansialnya lantaran ia masih
harus membayar cicilan motor. Meski begitu, kondisi itu tak menghentikan Bagas terus berupaya
menyambung hidup. Ia sempat berjualan pakaian, tapi terhenti karena habis modal. Kini, dia
bekerja dengan temannya yang berjualan sate taichan.
Situasi tak jauh berbeda dialami Ferdy Nugraha. Pria 23 tahun ini di-PHK pada pertengahan 2020
lalu. Dia sudah bekerja selama dua tahun sebagai penjaga loket parkir di salah satu pusat
perbelanjaan di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sejak Juli 2020, ia belum juga mendapatkan
pekerjaan hingga kini.
"Sudah nyari kerja cuma memang belum ada sampai sekarang. Sudah lamar-lamar tapi memang
belum ada," kata Ferdy.
Bagian terburuknya, ia masih menunggak cicilan motor yang masih tersisa satu tahun lebih.
Sebetulnya ia sudah mendapat keringanan selama tiga bulan dari pihak leasing motor. Namun,
jangka tiga bulan sudah mau habis, ia belum bisa mendapatkan pekerjaan. "Sekarang tinggal
nunggu (motor) ditarik aja," katanya.
Muhammad Fadly boleh jadi memiliki nasib yang lebih beruntung. Pria yang sebelumnya bekerja
sebagai manajer penjualan di salah satu perusahaan rintisan di Jakarta Selatan ini tetap
mendapatkan hak pesangonnya setelah di-PHK, meski dipangkas hampir 50 persen.
"Karena waktu itu sudah terhimpit keadaan, ya mau nggak mau saya bersama teman-teman
tetap menerima (pesangon) itu walaupun kaget nominalnnya enggak sesuai," kata pria 31 tahun
itu.
Fadly yang sudah bekerja selama dua tahun ini terkena PHK bersama belasan pekerja lain pada
Agustus 2020. Perusahaan tempatnya bekerja tutup secara permanen. Sebelumnya, ia sudah
mengkhawatirkan kondisi kantornya karena dua bulan sebelumnya gajinya dipotong, dan
pembayarannya lewat waktu biasanya.
Lantaran belum juga mendapatkan pekerjaan dan butuh biaya hidup, Fadly pun mau tak mau
harus mencairkan "tabungannya" di BPJS Ketenagakerjaan . Bapak dua anak ini juga berupaya
membuka bisnis makanan beku ( frozen food ) bersama istrinya.
Fadly juga tak menyerah untuk kembali mencari pekerjaan. Setiap hari, ia mengirim 10 sampai
20 lamaran pekerjaan ke pelbagai perusahaan. Syukurlah, setelah tiga bulan dan sekitar 600
lamaran, ia akhirnya kembali mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan rintisan yang
bergerak di sektor kesehatan.
138