Page 291 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 NOVEMBER 2020
P. 291

APINDO KECEWA DENGAN ANIES, GANJAR, SAMPAI KHOFIFAH KARENA NAIKKAN
              UMP 2021
              Asosiasi Pengusaha  Indonesia  (  Apindo  ) kecewa  dengan keputuan  sejumlah  gubernur yang
              mengumumkan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2021, mulai dari Jakarta, Jawa Tengah,
              Jawa Timur, Yogyakarta, sampai Sulawesi Selatan. Menurut mereka, keputusan ini tidak sesuai
              dengan Surat Edaran (SE) Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah.

              "Kami menyesalkan," kata Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani dalam konferensi pers di
              Jakarta, Senin, 2 November 2020.

              Sebelumnya, Ida Fauziyah sudah menerbitkan SE yang meminta gubernur untuk menetapkan
              UMP 2021 sama dengan 2020, alias tidak naik. Tapi, sejumlah gubernur tetap mengumumkan
              kenaikan upah.

              Di Jakarta misalnya, Gubenur Anies Baswedan menerapkan kebijakan asimetris alias kenaikan
              upah hanya untuk kegiatan usaha yang tidak terdampak Covid-19 saja yang mengalami naik.
              "Pemerintah DKI menetapkan besaran UMP DKI Jakarta Tahun 2021 sebesar Rp 4.416.186,"
              kata Anies pada Sabtu, 31 Oktober 2020.

              Selain  Anies,  kepala  daerah  yang  juga  menaikkan  UMP  2021  adalah  Gubenur  Jawa  Tengah
              Ganjar Pranowo, Gubenur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Daerah Istimewa
              Yogyakarta Hamengkubuwono X, sampai Gubernur Sulawesi Selatan HM Nurdin Abdullah.

              Sementara, Gubernur Ridwan Kamil memilih untuk tidak menaikkan dan menetapkan UMP 2021
              sebesar Rp 1.810.351. "Sama dengan 2020," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
              Jawa Barat Rachmat Taufik Garsadi.

              Seharusnya,  kata  Hariyadi,  penetapan  UMP  2021  oleh  gubernur  mengacu  pada  Peraturan
              Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan. "Yaitu dengan mendasarkan kepada
              peninjauan KHL (Kebutuhan Hidup Layak), bukan malah mengambil diskresi tersendiri yang tidak
              mendasar," kata dia.

              Dalam  PP  78  Tahun  2015,  kata  Hariyadi,  perhitungan  upah  sebenarnya  mempertimbangkan
              pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Dengan ekonomi yang sedang kontraksi, maka tidak mungkin
              lagi menggunakan formula ini untuk menaikkan upah.

              "Malah yang ada turun," kata Hariyadi. Tapi, Apindo tidak mengusulkan upah turun, tapi tetap
              sama dengan 2020, sesuai dengan SE Menaker.

              APINDO,  kata  Hariyadi,  menilai  dalam  kondisi  saat  ini,  seharusnya  seluruh  elemen
              mengedepankan rasa terhadap krisis yang terjadi. Sehingga, segala tindakan dan keputusan
              yang  diambil  mestinya  diajarkan  untuk  menangani  dan  menyelesaikan  krisis.  "Bukan  malah
              memperparah kondisi yang terjadi," kata dia.

              FAJAR PEBRIANTO.















                                                           290
   286   287   288   289   290   291   292   293   294   295   296