Page 507 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 NOVEMBER 2020
P. 507

dia, sektor hiburan malam yang jumlahnya cukup banyak tidak tahu lagi nasibnya saat ini karena
              hampir delapan bulan tutup.
              Dia memaparkan, indikator kinerja ekonomi Jakarta sebagai dampak Covid-19 dapat dilihat dari
              pertumbuhan kuartal II/2020 yang terkontraksi 8,22 persen dan pada kuartal III/2020 diprediksi
              juga  masih  terkontraksi  minus.  "Dengan  kondisi  dunia  usaha  yang  sudah  sangat  terpuruk
              kenaikan  UMP  2021  jangan  sampai  menambah  beban  pengusaha,  maka  kebijakan  tidak
              menaikkan UMP 2021 sangat adil dan bijak," tegasnya.

              Lebih lanjut, Sarman meminta adanya kepastian dan jaminan bagi dunia usaha yang terdampak
              pandemi  Covid-19.  Dia  berharap  Pemprov  DKI  Jakarta  melalui  Dinas  Tenaga  Kerja  dapat
              mengawal  kebijakan  tersebut,  mulai  dari  prosesnya  sampai  dengan  turunnya  SK  penetapan
              besaran UMP 2021 sama dengan 2020.

              Jangan sampai, kata dia, persepsi di kalangan Serikat Pekerja/Buruh berbeda, misalnya untuk
              menetapkan berdampak atau tidak berdampak. "Jangan menjadi perdebatan dan pro kontra,
              semuanya bisa di lihat secara kasat mata. Kami dari pengusaha belum menerima dan membaca
              Pergub  tersebut,  namun  kami  sangat  berharap  agar  dalam  Pergub  tersebut  diatur  atau
              disebutkan  secara  komprehensif  sektor  usaha  yang  terdampak  sehingga  tidak  perlu  lagi
              mengajukan surat permohonan ke Disnakertrans DKI Jakarta," jelasnya.

              Sarman mengajak kepada Serikat Pekerja/Buruh untuk dapat memahami kondisi dunia usaha
              saat ini di Jakarta. "Pengusaha sampai saat ini masih galau karena belum dapat mempredikasi
              sampai kapan pandemi ini. Jika masih berkepanjangan, ditakutkan daya tahan pelaku usaha
              semakin turun dan dikawatirkan kolaps," terangnya.

              Tenaga Ahli Utama Deputi III Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono
              mengatakan,  tak  menaikkan  UMP  merupakan  langkah  tepat  di  tengah  pandemi  Covid-19.
              Lagipula, naiknya upah minimum bukan satu-satunya cara untuk menjaga daya beli masyarakat.

              "Poin  saya  adalah  bahwa  menjaga  daya  beli  itu  tidak  harus  dilakukan  berdasarkan  upah
              minimum," ujar Edy dalam diskusi daring, Ahad (1/11).

              Ia  mengatakan,  membandingkan  antara  kondisi  2020  dengan  1998-1999  sebagai  dasar
              menuntut  upah  minimum  naik  tidak  relevan.  Sebab  pemerintah  saat  ini  berpegang  pada
              Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

              "Upah  minimum  didasarkan  laju  pertumbuhan  ekonomi  dan  tingkat  inflasi.  Aturannya  sudah
              beda, saya tidak mau membandingkan itu karena itu tidak apple to apple, level regulasi beda,"
              ujar Edy.

              Meski tak menaikkan upah minimum 2021, pemerintah memiliki program sosial selama pandemi
              Covid-19. Anggaran sebesar Rp 239 triliun digelontorkan untuk program tersebut, yang salah
              satu tujuannya untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
              "Termasuk di dalamnya subsidi upah. Bahwa ada kekurangan dan sebagainya bisa diperbaiki,"
              ujar Edy.













                                                           506
   502   503   504   505   506   507   508   509   510   511   512