Page 40 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 SEPTEMBER 2020
P. 40

"Jangan sampai ada yang goreng kalau Indonesia malah menyebarkan virus ke negara lain. Itu
              harus benar-benar diantisipasi," katanya kapada Rakyat Merdeka, kemarin.
              Dia menjelaskan, sejak resmi diumumkan ditemukan kasus positif Covid-19 di Indonesia awal
              Maret  lalu,  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemenaker)  pada  18  Maret  2020  mengeluarkan
              Keputusan  Menteri  Nomor  151  Tahun  2020  tentang  Penghentian  Sementara  Penempatan
              Pekerja Migran Indonesia. Tetapi pada 29 Juli 2020. Kemenaker membuka kembali penempatan
              dengan menerbitkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 294 Tahun 2020.

              "Penempatan itu fokus di 12 negara. Jadi tidak ada pengaruhnya terhadap kabar tentang 59
              negara yang tutup pintu bagi WNI," katanya.

              Menurutnya, negara tidak bisa melarang warga negara yang ingin bekerja di luar negeri. Negara
              harus memfasilitasi untuk menjaga agar mereka tidak berangkat melalui jalur tidak resmi.

              Oleh karena itu, BP2MI juga menyiapkan skema penempatan, mulai mengirim tenaga-tenaga
              kerja yang terampil dan profesional.

              "Kami  menyiapkan  pelati-han-pelatihan,  penguatan  keterampilan  dan  mereka  harus  paham
              tentang Undang-Undang Ketenagakerjaan negara setempat, penguasaan bahasa serta kultur
              dan budaya megara di mana mereka bekerja," ucapnya.

              Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan perlindungan terhadap PMI. Namun, saat ini
              masih  terkendala  dengan  permasalahan  data  yang  tidak  sinkron  antarpemangku
              kepentingan.Berdasarkan data BP2MI ada 3,7 juta PMI. Namun, ini berbeda  dengan  data di
              Kemenaker dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).

              Data Kemenaker menunjukkan ada 5 juta PMI sedangkan pihak Kemenlu mencatat ada 4,5 juta
              PMI. Sedangkan data Bank Dunia menunjukkan ada 9 juta PMI.
              "Kita negara besar, punya sumber daya manusia yang memenuhi kualifikasi yang ditempatkan
              pada  posisi  strategis  di  lembaga  negara  ini.  Kita  punya  anggaran  yang  cukup,  tapi  untuk
              menghasilkan sebuah single data kita tidak memiliki itu," kata Benny.

              Perbedaan data ini menyebabkan pemerintah sulit untuk melacak keberadaan PMI yang sedang
              bertugas,  sehingga  banyak  PMI  berada  di  luar  kontrol  perlindungan  negara.  Hal  ini  harus
              dicarikan solusinya.

              "Meski ada PMI yang tidak terdata, ketika mendapatkan masalah, negara tetap mengam-bilalih
              tanggung jawabnya untuk memberikan pelayanan, advokasi pendampingan hukum, pembelaan,
              bahkan pemulangan ke Tanah Air.

              Menurutnya, negara tidak bisa hanya memfokuskan diri sebagai pemadam kebakaran. Harus ada
              terobosan atau ke-bijakan-kebijakan progresif, revolusioner, yang dilakukan oleh negara. Untuk
              mengurangi  sindikat  pengiriman  PMI  secara  ilegal,  maka  harus  ada  pencegahan  sejak  awal
              sebagai bentuk perlindungan awal.

              Pihaknya  telah  membentuk  satuan  tugas  (Satgas)  pemberantasan  sindikat  pengiriman  PMI.
              BP2MI juga mendorong untuk pembebasan biaya penempatan untuk 10 sektor pekerjaan yang
              rentan  dengan  eksploitasi.  Kesejahteraan  PMI  diperhatikan  dengan  pemenuhan  kebutuhan
              pembiayaan, agar terhindar dari praktik pengiriman PMI illegal.









                                                           39
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45